Bekasi Hari Ini
Assalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur Kehadirat Allah SWT yang
masih meridhoi kita hingga saat ini, semoga kita selalu diberikan kesehatan,
panjang umur dan tidak lupa untuk menolong sesama umat manusia.
Bekasi…
Ya? Kamu pernah
dengar salah satu kota ini? Mungkin yang terbesit di pikiran anda adalah Bekasi
kota kecil, kota di pinggiran Jakarta, mungkin pendapat anda benar, tidak salah
memang jika mencap Bekasi sebagai kota dipinggiran Jakarta
Tapi,
cobalah sekali sekali main ke kota Bekasi, karena letaknya yang masih
berdekatan dengan wilayah Ibukota, Bekasi sekarang dijadikan tempat untuk para
pencari nafkah di ibukota tinggal, karena kalian tahu sendiri bukan? Rumah
rumah di Jakarta saat ini berapa harganya, sangatlah mahal bagi para pekerja
kelas menengah kebawah. Bekasi juga dijadikan tempat berbisnis para investor
asing, coba saja lihat berapa banyak Mall-mall besar bertebaran disekitar kota
Bekasi, seperti Grand Mall,Bekasi Cyber Park, Metropolitan Mall,Grand Galaxy
Park,Summarecon Mall Bekasi, Mega Bekasi dan masih banyak yang lainnya. Jadi
bisa dibayangkan bukan Bekasi sekarang adalah Kota Metropolitan, bukan Kota
kecil karna Bekasi hari ini menjadi tempat persinggahan para pekerja yang ada
di ibukota.
Jika
kita lihat lebih jauh lagi, Bekasi sangat cepat perkembangan serta pertumbuhan
pembangunan nya, contohnya yang saat ini belum selesai dibuat adalah jalan tol
Ciliitan-Bekasi, yang pengerjaan nya telah dilakukan sejak 2 tahun belakangan
ini namun urung rampung, mungkin memang manfaat tol tersebut dapat memudahkan
akses para pengguna jalan raya dimasa yang akan dating, tapi apakah diimbangi
dengan infrastrukturnya?
Menurut saya belum, jika dilihat
kembali, trotoar tempat pejalan kaki di Bekasi masih sangat sangat dikurang,
padahal di kota yang sudah menjadi kota Metropolitan ini, seharusnya harus
diimbangi dengan infrastrukturnya, jembatan penyebrangan pun saya rasa masih
sedikit keberadaannya, padahal jalan jalan raya yang ada di perkotaan bekasi
cukup lebar, dan menyulitkan pejalan kaki jika harus sembarang menyebrang,
berbahaya juga bukan?
Bekasi
itu luas, karena dibagi menjadi 2 daerah, Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi,
saya ingin menjadikan kota saya yang satu ini menjadi kota yang nyaman, kota
yang memiliki infrastruktur yang mumpuni disamping bisnis serta pembangunan
lainnya yang kian hari kian meningkat, walaupun Bekasi bukan kota asal saya,
bukan kota kelahiran saya, tapi di kota inilah saya tinggal.
Mau lihat
trotoar di Kota Bekasi dipakai untuk apa? Ini salah satu contohnya:
Ini adalagi :
Tak masuk akal
bukan? Ketika sang pejalan kaki berhak untuk berjalan di jalan raya dengan tapi
sungguh disayangkan hak nya tersebut dirampas oleh kendaraan bermotor, untuk
parkir, bahkan di trotoar depan Bekasi Cyber Park dijadikan motor untuk jalan
padahal trotoar tersebut diperuntukkan bagi sang pejalan kaki. Adalagi kasus di
kabupaten Bekasi, trotoar ditengah jalan dijadikan taman? Bisa bayangkan? Makin
sedikit saja tempat yang aman untuk pejalan kaki menikmati indahnya kota Bekasi
ini, ditambah sedikitnya jembatan yang tersedia bagi pejalan kaki di kota
Bekasi untuk menyebrang, padahal jalan yang ada begitu lebar dan membahayakan
jikalau harus menyebrang bukan pada zebra cross.
Saya sebagai
anak muda kota ini ingin menyalurkan keluhan saya ini kepada pemerintah kota
Bekasi agar infratruktur yang ada bukan untuk dirusak, bukan untuk diubah
hakikat awal terciptanya, jika saya setelah lulus kuliah nanti bisa berbincang
dengan pemerintah kota Bekasi, saya ingin mengubah wajah kota saya ini menjadi
lebih baik dengan ditata kembali secara perlahan mulai dari trotoar jalan yang
memang diperuntukkan bagi pejalan kaki, menambah beberapa jembatan diruas jalan
jalan besar, dan saya juga ingin menambah beberapa taman di kota ini, karna
semakin hari, Bekasi semakin dipadati oleh banyak kendaraan lalu lalang,
membuat kualitas udara di kota ini semakin buruk, maka kita memerlukan taman,
selain dapat memperbaiki kualitas udara di setiap sudut atau tengah kota, taman
juga baik bagi kesehatan mental serta fisik, kalian tau anak jaman sekarang
sudah terlalu asik dengan gadgetnya, lupa kalau tubuhnya memerlukan olahraga
yang baik untuk kesehatan raga dan jiwa, anak jaman sekarang untuk bermain
tidak banyak ruang terbuka hijau, yang ada hanyalah mall, mall dan mall lagi.
Apa itu baik baginya? Tentu jawabannya bukan. Saya akan menyarankan untuk
kembali mengkaji ulang peraturan bagi pelanggar lalu lintas, kenakan sanksi
maksimal bagi pelanggarnya agar patuh dan taat.
TOPMIX PERMEABLE
Adalagi satu hal
yang sangat menginspirasi saya, yaitu jalan yang dapat menyerap air, mungkin
ini bisa menjadi salah satu solusi bagi wilayah yang sering terkena musibah
banjir, Beton sering digunakan untuk pembangunan gedung atau jalan. Sifatnya
yang kuat dan tahan lama menjadi pilihan banyak kontraktor.
Namun, Permeable Topmix berbeda dari
kebanyakan beton yang sering dijumpai banyak orang. Beton satu ini dirancang
untuk menjadi penutup permukaan dengan penyerap super yang memungkinkan air
merembes melaluinya. Hal itu menghindari air menggenang di atasnya sehingga
bisa menjadi upaya memerangi banjir.
Sebuah
video memperlihatkan material yang sedang diuji di sebuah lahan parkir
"meminum" 880 galon (4.000 liter) air dalam waktu sekitar satu menit.
Sebagian besar air menghilang segera setelah menyentuh permukaan.
Sementara itu, untuk mencegah banjir
selama badai beton tersebut juga bisa membantu membuat jalan atau jalur sepeda
yang lebih aman karena mencegah genangan air. Lapisan beton berpori di paling
atas permukaannya memungkinkan air mengalir melalui matriks kerikil yang
relatif besar ke puing lebih longgar di bawahnya.
Adapun
saluran drainase di bagian paling bawahnya akan membantu meningkatkan jumlah
air yang dapat diserap. Selain itu, beton tersebut bukan hanya bisa membantu
mengatasi banjir bandang di daerah perkotaan, tetapi juga membantu mengurangi
pemanasan aspal dalam cuaca panas.
"Beton berpori memungkinkan air di
permukaan terkuras bahkan saat volume air besar dan dengan curah yang
tinggi," kata penemu Permeable Topmix, Lafarge Tarmac.
Selama
periode temperatur yang tinggi dan musim hujan yang intens, beton ini dapat
membantu untuk menunda debit air permukaan ke dalam sistem drainase sehingga
mengurangi risiko berlebihan air atau menyebabkan banjir bandang.
"Saat curah hujan yang intens, air
yang disimpan dalam sistem menguap dan menciptakan efek pendinginan sehingga
mengurangi suhu permukaan," jelas Tarmac.
Konsep
beton berpori telah dibicarakan sekitar selama hampir 60 tahun dan sering
digunakan di bawah aspal untuk membantu bantuan drainase.
Namun,
Tarmac mengklaim kemajuan dalam konsep beton berpori dapat dipadatkan seperti
sekarang dan telah memungkinkan beton ini digunakan sebagai permukaan, serta
mampu menahan mobil.
Tarmac juga mengklaim beton berpori
sangat ideal untuk daerah besar di mana air dapat menjadi masalah, misalnya
menggenangi taman atau jalan masuk.
Dipakai
di Indonesia
Di Indonesia teknologi serupa telah
dikembangkan oleh Holcim Indonesia. Dengan nama ThruCrete, jalan beton
berpori bisa menyerap air dan mencegah banjir.
Holcim
ThruCrete memiliki tebal perkerasan 15 cm dengan tebal lapis bawah (base
coarse) 7 sentimeter dan rongga udara 30 persen. Beton ini bisa menampung air
sebanyak 66 liter per meter persegi.
Jenis beton ini sudah diaplikasikan di
landasan pacu Bandara Juanda, Surabaya dan pada area taxi way seluas 3.500
meter persegi. Selain itu, di Jakarta, Holcim telah menerapkan ThruCrete pada
trotoar di Jalan Rasuna Said.
Seharusnya pemerintah Indonesia sadar
akan banyaknya potensi wilayah di Negeri ini yang dapat terkena musibah banjir
karna wilayah Indonesia banyak terdapat sungai sungai yang sewaktu-waktu bisa
meluap karna berbagai hal, mulai dari hujan, tersumbatnya drainase, dan hal itu
harus segera diperbaiki, saya ingin mengundang pemerintah daerah yang daerahnya
terkena banjir untuk dating ke seminar misalnya agar kita sebagai warga dan
mereka dapat terhubung langsung bisa saling memberikan pertanyaan dan pendapat
secara langsung, karna susah jika kita mendatangkan beliau-beliau dengan cara
perorangan. Jika solusi ini disetujui, maka bukan tidak mungkin setidaknya akan
mengurangi banjir yang seringkali jadi permasalahan bukan hanya di perkotaan
saja tapi sekarang sudah merambah ke daerah daerah lain.
RAINWATER STORAGE AND CROSS WAVE
Mungkin solusi
itu saja tidak cukup untuk bisa menghilangkan musibah banjir, mungkin inspirasi
satu ini bisa diterapkan di Indonesia,
Pemerintah
Jepang, melalui Japan International Cooperation Agency (JICA), menawarkan
teknologi pencegah banjir mirip dengan sistem resapan air.
JICA melakukan proyek percontohan penggunaan teknologi ini melalui pembangunan Rainwater Storage Infiltration Facility (RSIF/kolam resapan air) di Kantor Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane. Kolam resapan air ini menggunakan material dari Jepang yang disebut Cross Wave, dan memiliki kekuatan penyerapan tiga kali lebih besar daripada metode konvensional.
Chief Advisor JICA Expert, Tanaka Takaya, mengatakan teknologi yang dipakai dalam kolam resapan ini sangat cocok dipakai di daerah perkotaan di mana ketersediaan ruang terbatas. Teknologi berupa berbahan plastik ini dipasang di bawah tanah yang telah dilapisi geotekstil dan kemudian ditutup kembali dengan tanah.
"Ini membantu penyerapan air permukaan ke dalam tanah untuk mengurangi volume air yang masuk langsung ke sungai," kata Tanaka saat menunjukkan proyek kolam resapan, di Kantor Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane, Jakarta, Rabu, 7 November 2012.
Konsep pembangunan kolam resapan ini, lanjutnya, sudah diterapkan di Jepang sejak tahun 1970 dan banyak diaplikasikan di tempat umum seperti perkantoran, stadion, maupun tempat pendidikan. Beberapa kota di Jepang sudah mengaplikasikan teknologi ini seperti Tokyo dan Yokohama,
"Pembangunan ini unik karena tidak memerlukan ruang tambahan. Material dipasang di dalam tanah sehingga di atasnya bisa ditutup aspal dan bisa digunakan untuk aktivitas lain," ujarnya.
Kolam resapan air ini bisa berfungsi hingga 50 tahun dan tidak memerlukan perawatan. Pembangunan ini juga mampu menahan beban di atasnya hingga 45 ton, sehingga cocok dipasang di tempat-tempat umum.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum, Imam Santoso, menambahkan proyek percontohan ini akan selesai akhir November ini dan akan dipantau saat musim hujan yang berlangsung hingga Maret 2013. Pembangunannya merupakan hibah dari JICA dengan luas 9x9 meter dan tinggi sekitar 2 meter.
Ia berharap bisa mengaplikasikan teknologi ini tahap awal di wilayah Jakarta. Dengan begitu, bisa mengurangi potensi banjir karena beban sungai berkurang saat hujan datang. "Ini bisa berfungsi seperti bendungan kecil di dalam tanah," ujarnya dalam kesempatan sama.
Sayangnya, harga material pembangunan kolam resapan ini cukup mahal karena harus diimpor langsung dari Jepang. Harga materialnya Rp 3 juta per meter kubik dan setiap pembangunannya bisa menghabiskan dana Rp 200 juta. Karena itulah, ia berharap pemerintah Jepang mau memproduksi material ini di Indonesia sehingga harga bisa lebih murah.
Ke depan, dia menambahkan, kota-kota lain juga harus menerapkan teknologi ini terutama kota yang memiliki curah hujan tinggi, seperti Bogor.
Kepala Bidang Tata Bangunan Dinas Tata Bangunan dan Pemukiman Kabupaten Bogor, Atis Tardiana, mengatakan kabupatennya siap menerapkan teknologi ini namun membutuhkan dukungan regulasi. "Sistem ini solusi pencegah air di tengah mahalnya izin lahan. Karena pembangunan sumur resapan membutuhkan lahan, sedangkan teknologi ini tidak butuh lahan baru," katanya.
JICA melakukan proyek percontohan penggunaan teknologi ini melalui pembangunan Rainwater Storage Infiltration Facility (RSIF/kolam resapan air) di Kantor Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane. Kolam resapan air ini menggunakan material dari Jepang yang disebut Cross Wave, dan memiliki kekuatan penyerapan tiga kali lebih besar daripada metode konvensional.
Chief Advisor JICA Expert, Tanaka Takaya, mengatakan teknologi yang dipakai dalam kolam resapan ini sangat cocok dipakai di daerah perkotaan di mana ketersediaan ruang terbatas. Teknologi berupa berbahan plastik ini dipasang di bawah tanah yang telah dilapisi geotekstil dan kemudian ditutup kembali dengan tanah.
"Ini membantu penyerapan air permukaan ke dalam tanah untuk mengurangi volume air yang masuk langsung ke sungai," kata Tanaka saat menunjukkan proyek kolam resapan, di Kantor Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane, Jakarta, Rabu, 7 November 2012.
Konsep pembangunan kolam resapan ini, lanjutnya, sudah diterapkan di Jepang sejak tahun 1970 dan banyak diaplikasikan di tempat umum seperti perkantoran, stadion, maupun tempat pendidikan. Beberapa kota di Jepang sudah mengaplikasikan teknologi ini seperti Tokyo dan Yokohama,
"Pembangunan ini unik karena tidak memerlukan ruang tambahan. Material dipasang di dalam tanah sehingga di atasnya bisa ditutup aspal dan bisa digunakan untuk aktivitas lain," ujarnya.
Kolam resapan air ini bisa berfungsi hingga 50 tahun dan tidak memerlukan perawatan. Pembangunan ini juga mampu menahan beban di atasnya hingga 45 ton, sehingga cocok dipasang di tempat-tempat umum.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum, Imam Santoso, menambahkan proyek percontohan ini akan selesai akhir November ini dan akan dipantau saat musim hujan yang berlangsung hingga Maret 2013. Pembangunannya merupakan hibah dari JICA dengan luas 9x9 meter dan tinggi sekitar 2 meter.
Ia berharap bisa mengaplikasikan teknologi ini tahap awal di wilayah Jakarta. Dengan begitu, bisa mengurangi potensi banjir karena beban sungai berkurang saat hujan datang. "Ini bisa berfungsi seperti bendungan kecil di dalam tanah," ujarnya dalam kesempatan sama.
Sayangnya, harga material pembangunan kolam resapan ini cukup mahal karena harus diimpor langsung dari Jepang. Harga materialnya Rp 3 juta per meter kubik dan setiap pembangunannya bisa menghabiskan dana Rp 200 juta. Karena itulah, ia berharap pemerintah Jepang mau memproduksi material ini di Indonesia sehingga harga bisa lebih murah.
Ke depan, dia menambahkan, kota-kota lain juga harus menerapkan teknologi ini terutama kota yang memiliki curah hujan tinggi, seperti Bogor.
Kepala Bidang Tata Bangunan Dinas Tata Bangunan dan Pemukiman Kabupaten Bogor, Atis Tardiana, mengatakan kabupatennya siap menerapkan teknologi ini namun membutuhkan dukungan regulasi. "Sistem ini solusi pencegah air di tengah mahalnya izin lahan. Karena pembangunan sumur resapan membutuhkan lahan, sedangkan teknologi ini tidak butuh lahan baru," katanya.
Mungkin benda
ini juga dapat dijadikan tempat menampung air bersih, seperti kita tahu bahwa
wilayah kita ini apalagi khususnya perkotaan sudah kesulitan mendapat air
bersih, alat ini bisa juga menjadi solusi nya ditambah
melengkapi beton penyerap air diatas agar aliran air langsung masuk ke drainase dan tidak mengembang diatas permukaan jalan.
SUMBER : Link 1
Nama : SABRIE
PRASETIO
Kelas : 1TA02
NPM : 16316746