Minggu, 17 Maret 2019

Jembatan


Hai semua, balik lagi nih ke blog saya. apa kabar? semoga kalian dalam keadaan sehat dan bahagia selalu ya hehe. kali ini saya mau membagikan artikel tentang jembatan nih kawan, setelah dapet tugas lagi dan disuruh taruh di blog, yaudah langsung saya buatkan. Yuk baca-baca tentang Jembatan!



Tugas Jembatan 1

1. Syarat-syarat (pertimbangan) perencanaan jembatan yang layak:

a.       Kekuatan dan Stabilitas Struktur
Unsur-unsur tersendiri harus mempunyai kekuatan memadai untuk menahan beban ULS
(Ultimate Limit State) - keadaan batas ultimate, dan struktur sebagai kesatuan keseluruhan
harus berada stabil pada pembebanan tersebut. Beban ULS didefenisikan sebagai beban
beban yang mempunyai 5% kemungkinan terlampaui selama umur struktur rencana.

b.      Kenyamanan dan Keamanan
Bangunan bawah dan pondasi jembatan harus berada tetap dalam keadaan layan pada
beban SLS (Serviceability Limit State) - keadaan batas kelayanan. Hal ini berarti bahwa
struktur tidak boleh mengalami retakan, lendutan atau getaran sedemikian sehingga
masyarakat menjadi khawatir atau jembatan menjadi tidak layak untuk penggunaan atau
mempunyai pengurangan berarti dalam umur kelayanan. Pengaruh-pengaruh tersebut tidak
diperiksa untuk beban ULS (Ultimate Limit State), tetapi untuk beban SLS (Serviceability Limit State) yang lebih kecil dan lebih sering terjadi dan didefenisikan sebagai beban-beban yang mempunyai 5% kemungkinan terlampaui dalam satu tahun.

c.       Kemudahan (pelaksanaan dan pemeliharaan)
Pemilihan rencana harus mudah dilaksanakan. Rencana yang sulit dilaksanakan dapat menyebabkan pengunduran tak terduga dalam proyek dan peningkatan biaya, sehingga harus dihindari sedapat mungkin.

d.      Ekonomis
Rencana termurah sesuai pendanaan dan pokok-pokok rencana lainnya adalah umumnya
terpilih. Penekanan harus diberikan pada biaya umur total struktur yang mencakup biaya
pemeliharaan, dan tidak hanya pada biaya permulaan konstruksi.

e.      Pertimbangan aspek lingkungan, sosial dan aspek keselamatan jalan.

f.        Keawetan dan kelayanan jangka panjang.
Bahan struktural yang dipilih harus sesuai dengan lingkungan, misalnya jembatan rangka baja yang digalvanisasi tidak merupakan bahan terbaik untuk penggunaan dalam lingkungan laut agresif garam yang dekat pantai.

g.       Estetika
Struktur jembatan harus menyatu dengan pemandangan alam dan menyenangkan untuk
dilihat. Penampilan yang baik umumnya dicapai tanpa tambahan dekorasi.



2.   Peraturan-Peraturan legal dalam perencanaan jembatan (SNI,dll)

PERATURAN DAN STANDAR JEMBATAN
a.       BMS 92 : Bridge Management System, 1992
b.      BMS 93 : Lampiran A dan Penjelasan Bag 1 sd. 9
c.       BMS 93 : Panduan Pengawasan dan Pelaksanaan jembatan
d.      Guidelines for the Installation, Inspection, Maintenance and Repair of Structural Supportsfor Highway Signs, Luminaires and Traffic Signals, FHWA NHI 05-036, March 2005
e.      Modifikasi Jembatan Bailey dengan Cara Perkuatan Cable
f.        Panduan Pengawasan dan Pelaksanaan Jembatan
g.       Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan-Persyaratan Tahan Gempa
h.      Perencanaan Struktur Baja Untuk Jembatan
i.         RSNI T-02-2005 : Standar Pembebanan Untuk Jembatan
j.        RSNI T-03-2005 : Perencanaan Struktur Baja Untuk Jembatan
k.       RSNI T-04-2005 : Perencanaan Struktur Beton Untuk Jembatan
l.         Spesifikasi Bantalan Elastomer Tipe Polos dan Tipe Berlapis untuk Perletakan Jembatan
m.    Spesifikasi Pilar dan Kepala Jembatan Sederhana Bentang 5 m sampai 25 m dengan Fondasi Tiang Pancang
n.      Standar Jembatan Bina Marga
o.      Standar Pembebanan Untuk Jembatan Jalan Raya
p.      Standar Perencanaan Gempa Untuk Jembatan
q.      VSL-Indonesia

SLAB ON GRADE
a.       Pedoman Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen
b.      Petunjuk Pelaksanaan Perkerasan Kaku (Beton Semen)
c.       Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Semen

REFERENCE
a.       FEMA : Federal Emergency Management Agency
b.      Precast Segmental Box Girder Bridges With External Prestressing, Design andConstruction
c.       Preliminary Design of Precat Prestressed Concrete Box Girder Bridges
d.      Comprehensive Design Example for Prestressed Concrete (PSC) Girder SuperstructureBridge, FHWA
e.      LRFD Design Example for Steel Superstructure Bridge, FHWA
f.        Extending Span Rougs of Precast Prestressed Concrete Girder, NHCRP
g.       Connection of Simple Span Precast Concrete Girder for Continuity, NCHRP
h.      Concrete Box-Girder Bridges, IABSE

BROSUR
a.       Tabel Konstruksi Baja


3.  Bagian-Bagian dari Konstruksi Jembatan (beserta gambar)

      Menurut Departement Pekerjaan Umum (Pengantar Dan Prinsip–Prinsip Perencanaan Bangunan bawah / Pondasi Jembatan, 1988 ) Suatu bangunan jembatan pada umumnya terdiri dari 6 bagian pokok, yaitu :


Keterangan :
1.Bangunan atas
2.Landasan ( Biasanya terletak pada pilar/abdument )
3.Bangunan Bawas ( memikul beban )
4.Pondasi
5.Optrit, ( terletak di belakang abdument )
6.Bangunan pengaman

Menurut ( Siswanto, 1993 ) : Bentuk dan bagian jembatan dapat dibagi dalam 4 bagian utama, yaitu :
1.Struktur Atas
2.Struktur Bawah
3.Jalan pendekat
4.Bangunan pengaman

1)      Struktur Atas (Superstructures)
Menurut ( Pranowo dkk, 2007 ) struktur atasjembatanadalahbagiandaristrukturjembatanyang secara langsung menahan beban lalu lintas untuk selanjutnya disalurkan kebangunan bawah jembatan ; bagian-bagian pada struktur bangunan atas jembatan terdiri atas struktur utama, sistem lantai, sistem perletakan, sambungan siarmuai dan perlengkapan lainnya; struktur utama bangunan atas jembatan dapat berbentuk pelat, gelagar, system rangka, gantung, jembatan kabel (cable stayed) atau pelengkung.



Menurut (Siswanto,1993 ), struktur atas jembatan adalah bagian-bagian jembatan yang memindahkan beban-beban lantai jembatan kearah perletakan Struktur atas terdiri dari : gelagar-gelagar induk, struktur tumpuan atau perletakan, struktur lantai jembatan/kendaraan, pertambahan arah melintang dan memanjang. Struktur atas jembatan merupakan bagian yang menerima beban langsung yang meliputi berat sendiri, beban mati, beban mati tambahan, beban lalu-lintas kendaraan, gaya rem, beban pejalan kaki, dll. Struktur atas jembatan umumnya meliputi :

a.     Trotoar, berfungsi sebagai tempat berjalan bagi para pejalan kaki yang melewati jembatan agar tidak terganggu lalu lintas kendaraan. Konstruksi trotoar direncanakan sebagai pelat beton yang diletakkan pada lantai jembatan bagian samping yang diasumsikan sebagai pelat yang tertumpu sederhana pada pelat jalan. Trotoar terbagi atas :

Sandaran (Hand Raill), biasanya dari pipa besi, kayu dan beton bertulang. Beban yang bekerja pada sandaran adalah beban sebesar 100 kg yang bekerja dalam arah horisontal setinggi 0,9 meter.




Tiang sandaran (Raill Post) , biasanya dibuat dari beton bertulang untuk jembatan girder beton, sedangkan untuk jembatan rangka tiang sandaran menyatu dengan struktur rangka tersebut.
1.       Peninggian trotoar (Kerb),
2.       Slab lantai trotoar.




b.      Slab lantai kendaraan, berfungsi sebagai penahan lapisan perkerasan yang menahan beban langsung lalu lintas yang melewati jembatan itu. c.

c.       Gelagar (Girder), terdiri atas gelagar induk / memanjang dan gelagar melintang. Gelagar induk atau memanjang merupakan komponen jembatan yang letaknya melintang arah jembatan atau tegak lurus arah aliran sungai. Sedangkan, gelagar melintang merupakan komponen jembatan yang letaknya melintang arah jembatan.






d.      Balok diafragma, berfungsi mengakukan PCI girder dari pengaruh gaya melintang.

e.      Ikatan pengaku (ikatan angin, ikatan melintang),

f.        Andas / perletakan, merupakan perletakan dari jembatan yang berfungsi untuk menahan beban berat baik yang vertikal maupun horisontal. Disamping itu juga untuk meredam getaran sehingga abutment tidak mengalami kerusakan.

g.       Tumpuan (Bearing), karet jembatan yang merupakan salah satu komponen utama dalam pembuatan jembatan, yang berfungsi sebagai alat peredam benturan antara jembatan dengan pondasi utama.

2)      Struktur Bawah (Substructure)
Struktur bawah jembatan umumnya meliputi :

      a. Pangkal jembatan (Abutment), merupakan bangunan yang berfungsi untuk mendukung bangunan atas dan juga sebagai dinding penahan tanah. Bentuk abutment dapat berupa abutment tipe T terbalik yang dibuat dari beton bertulang.

1.       Dinding belakang (Back wall),
2.       Dinding penahan (Breast wall),
3.       Dinding sayap (Wing wall), berfungsi untuk menahan tanah dalam arah tegak lurus as   jembatan ( penahan tanah ke samping ).
4.       Oprit, plat injak (Approach slab), merupakan jalan pelengkap untuk masuk ke jembatan      dengan kondisi disesuaikan agar mampu memberikan keamanan saat peralihan dari ruas    jalan menuju jembatan.
5.       Konsol pendek untuk jacking (Corbel),
6.       Tumpuan (Bearing).






b. Pilar jembatan (Pier), terletak di tengah jembatan (di tengah sungai) yang memiliki kesamaan fungsi dengan kepala jembatan yaitu mentransfer gaya jembatan rangka ke tanah. Sesuai dengan standar yang ada, panjang bentang rangka baja, sehingga apabila bentang sungai melebihi panjang maksimum jembatan tersebut maka dibutuhkan pilar. Pilar terdiri dari bagian - bagian antara lain :

1.       Kepala pilar ( pierhead )
2.       Kolom pilar
3.       Pilecap



    c. Drainase, fungsi drainase adalah untuk membuat air hujan secepat mungkin dialirkan keluar dari jembatan sehingga tidak terjadi genangan air dalam waktu yang lama. Akibat terjadinya genangan air maka akan mempercepat kerusakan struktur dari jembatan itu sendiri. Saluran drainase ditempatkan pada tepi kanan kiri dari badan jembatan ( saluran samping ), dan gorong - gorong.




3)      Pondasi




Macam-macam pondasi secara umum dapat digambarkan sebagai berikut :

Pondasi berfungsi untuk meneruskan beban-beban di atasnya ke tanah dasar. Pada perencanaan pondasi harus terlebih dahulu melihat kondisi tanahnya. Dari kondisi tanah ini dapat ditentukan jenis pondasi yang akan dipakai. Pembebanan pada pondasi terdiri atas pembebanan vertikal maupun lateral, dimana pondasi harus mampu menahan beban luar diatasnya maupun yang bekerja pada arah lateralnya. Dalam pemilihan tipe pondasi secara garis besar ditentukan oleh kedalaman tanah keras, karena untuk mendukung daya dukung tamah terhadap struktur bangunan jembatan yang akan direncanakan. Alternatif tipe pondasi yang dapat digunakan untuk perencanaan jembatan antara lain :

a.       Fondasi telapak (spread footing), Pondasi telapak digunakan jika lapisan tanah keras ( lapisan tanah yang dianggap baik mendukung beban ) terletak tidak jauh (dangkal)dari muka tanah. Dalam perencanaan jembatan pada sungai yang masih aktif, pondasi telapak tidak dianjurkan mengingat untuk menjaga kemungkinan terjadinya pergeseran akibat gerusan.








b.      Fondasi sumuran (caisson), Pondasi sumuran digunakan untuk kedalaman tanah keras antara 2-5 m. Pondasi sumuran dibuat dengan cara menggali tanah berbentuk lingkaran berdiameter > 80 m. penggalian secara manual dan mudah dilaksanakan. Kemudian lubnag galian diisi dengan beton siklop (1pc : 2 ps : 3 kr) atau beton bertulang jika dianggap perlu. Pada ujung pondasi sumuran dipasang poer untuk menerima dan meneruskan beban ke pondasi secara merata.

1.     Open Caissons Open caissons sering juga dinamakan wellfoundation. Dimaksudkan pondasi sumuran dimana tidak ada penutup atas maupun bawah selama dalam pelaksanaan. Gambar 12. Menunkukkan salah satu contoh well foundation yang sering dilaksanakan untuk pondasi-pondasi di Indonesia.




2.       Pneumatic Caissons Pneumatic caisson adalah caisson dimana diperlengkapi dengan konstruksi penutup didekat dasar caisson yang dapat diatur sedemikian rupa sehingga pekerja-pekerja dapat melaksanakan penggalian tanah di dasar sumuran di bawah konstruksi penutup tersebut. Pondasi ini kebanyakan dilaksanakan pada jembatan dimana kondisi air sungainya sangat tinggi sehingga tidak mungkin bias dibuat pembendung air (kistdam) secara tersendiri.







c.       Fondasi tiang (pile foundation)
1.       Tiang pancang kayu (Log Pile)





2.       Tiang pancang baja (Steel Pile),
3.       Tiang pancang beton (Reinforced Concrete Pile),






4.       Tiang pancang beton prategang pracetak (Precast Prestressed Concrete Pile),     spun
5.       pile,
6.       Tiang beton cetak di tempat (Concrete Cast in Place), borepile, franky pile,
7.       Tiang pancang komposit (Compossite Pile).

4)      Bangunan Pengaman / Pelengkap

Bangunan pelengkap pada jembatan adalah bangunan yang merupakan pelengkap dari konstruksi jembatan yang fungsinya untuk pengamanan terhadap struktur jembatan secara keseluruhan dan keamanan terhadap pemakai jalan. Macam-macam bangunan pelengkap:

a.       Saluran Drainase Terletak dikanan-kiri abutment dan di sisi kanan-kiri perkerasan jembatan. Saluran drainase berfungsi untuk saluran pembuangan air hujan diatas jembatan,

b.      Jalan Pendekat ( Optrit ) Menurut Pranowodkk(2007), jalan pendekat adalah struktur jalan yang menghubungkan antara suatu ruas jalan dengan struktur jembatan; bagian jalan pendekat ini dapat terbuat dari tanah timbunan,danmemerlukan pemadatan yang khusus, karenaletak dan posisinya yang cukup sulit untuk dikerjakan, atau dapat juga berbentuk struktur kaki seribu ( pile slab ), yang berbentuk pelat yang disangga oleh balok kepala di atas tiang-tiang Permasalahan utama pada timbunan jalan pendekat yaitu sering terjadinya penurunan atau deformasi pada ujung pertemuan antara struktur perkerasan jalan terhadap ujung kepala jembatan.

c.       Talut
Talud mempunyai fungsi utama sebagai pelindung abutment dari aliran air sehingga sering disebut talud pelindung terletak sejajar dengan arah arus sungai.




d.      Guide Post / Patok penuntun
Patok Penuntun berfungsi sebagai penunjuk jalan bagi kendaraan yang akan melewati jembatan, biasanya diletakkan sepanjang panjang oprit jembatan.



e.      Lampu penerangan
Menurut Departement Pekerjaan Umum (1992) tentang spesifikasi lampu penerangan jalan perkotaan, Lampu penerangan jalan adalah bagian dari bangunan pelengkap jalan yang dapat diletakkan/dipasang di kiri/kanan jalan dan atau di tengah ( di bagian median jalan ) yang digunakan untuk menerangi jalan maupun lingkungan disekitar jalan yang diperlukan termasuk persimpangan jalan (intersection), jalan laying (interchange, overpass, fly over), jembatan dan jalan di bawah tanah (underpass, terowongan).





f.        Trotoar
Trotoar adalah jalur pejalan kaki yang umumnya sejajar dengan jalan dan lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan untuk menjamin keamanan pejalan kaki yang bersangkutan. Para pejalan kaki berada pada posisi yang lemah jika mereka bercampur dengan kendaraan, maka mereka akan memperlambat aru lalu lintas. Oleh karena itu, salah satu tujuan utama dari manajemen lalu lintas adalah berusaha untuk memisahkan pejalan kaki dari arus kendaraan bermotor tanpa menimbulkan gangguan-gangguan yang besar terhadap aksesibilitas dengan pembangunan trotoar.



4. Bentuk-Bentuk Jembatan (beserta gambar)

a.       Jembatan Sederhana
Biasanya terbuat dari gelondongan kayu dan memiliki struktur yang cukup sederhana disbanding jembatan lainnya.







b.      Jembatan Beton Bertulang
Terbuat dari beton yang diberi tulangan untuk menahan beban yang lebih berat dari jembatan sederhana. Banyak kita temukan di daerah perkotaan. Struktur jembatan hampir mirip dengan jembatan sederhana namun material yang digunakan adalah beton yang diberi tulangan agar dapat menahan gaya tekan dan Tarik yang cukup kuat sesuai rencana.




c.       Beton Prategang
Jembatan Beton Prategang terbuat dari material beton yang sebelumnya telah ditarik dengan tegangan tertentu pada bagian tendon/kabel baja didalam beton, tujuannya agar meminimalisir deformasi yang terjadi.



 


d.      Jembatan Gantung
Jembatan gantung atau dikenal sebagai Suspension Bridge merupakan digantungkan dengan menggunakan tali untuk jembatan gantung yang sangat sederhana dan kabel baja pada jembatan gantung besar.
  



e.      Jembatan Cable Stayed
Seperti jembatan gantung, jembatan ini ditahan oleh kabel disebut juga sebagai Cable-Stayed Bridge. Bedanya, selain jumlah kabel yang dibutuhkan lebih sedikit, jembatan ini memiliki menara penahan kabel yang lebih pendek daripada jembatan gantung.








5. Beban-beban yang bekerja dalam perencanaan struktur jembatan

a.       Beban Primer
1)      Beban hidup
2)      Beban mati
3)      Beban Kejut
b.      Beban Sekunder
1)      Beban angin
2)      Gaya akibat perbedaan suhu
3)      Gaya rangkak dan susut
4)      Gaya rem dan traksi
5)      Gaya gesekan pada tumpuan bergerak
c.       Beban Khusus
1)      Gaya Sentrifugal
2)      Gaya Gesekkan pada tumpuan
3)      Gaya Tumbukkan pada jembatan layang
4)      Beban dan gaya selama pelaksanaan
5)      Gaya akibat aliran air dan benda benda hanyut
6)      Gaya akibat tekanan tanah



Nama                    : Sabrie Prasetio
NPM                     : 16316746
Kelas                     : 3TA02
Nama Dosen         : I Kadek Bagus Widana Putra