Hai semua, balik lagi nih ke blog saya. apa kabar? semoga kalian dalam keadaan sehat dan bahagia selalu ya hehe. kali ini saya mau membagikan artikel tentang jembatan nih kawan, setelah dapet tugas lagi dan disuruh taruh di blog, yaudah langsung saya buatkan. Yuk baca-baca tentang Jembatan!
Tugas Jembatan 1
1. Syarat-syarat (pertimbangan) perencanaan
jembatan yang layak:
a.
Kekuatan dan Stabilitas Struktur
Unsur-unsur tersendiri harus mempunyai kekuatan memadai untuk menahan
beban ULS
(Ultimate Limit State) - keadaan batas ultimate, dan struktur sebagai
kesatuan keseluruhan
harus berada stabil pada pembebanan tersebut. Beban ULS didefenisikan
sebagai beban
beban yang mempunyai 5% kemungkinan terlampaui selama umur struktur
rencana.
b.
Kenyamanan dan Keamanan
Bangunan bawah dan pondasi jembatan harus berada tetap dalam keadaan
layan pada
beban SLS (Serviceability Limit State) - keadaan batas kelayanan. Hal ini
berarti bahwa
struktur tidak boleh mengalami retakan, lendutan atau getaran sedemikian
sehingga
masyarakat menjadi khawatir atau jembatan menjadi tidak layak untuk
penggunaan atau
mempunyai pengurangan berarti dalam umur kelayanan. Pengaruh-pengaruh
tersebut tidak
diperiksa untuk beban ULS (Ultimate Limit State), tetapi untuk beban SLS
(Serviceability Limit State) yang lebih kecil dan lebih sering terjadi dan
didefenisikan sebagai beban-beban yang mempunyai 5% kemungkinan terlampaui
dalam satu tahun.
c.
Kemudahan (pelaksanaan dan pemeliharaan)
Pemilihan rencana harus mudah dilaksanakan. Rencana yang sulit
dilaksanakan dapat menyebabkan pengunduran tak terduga dalam proyek dan
peningkatan biaya, sehingga harus dihindari sedapat mungkin.
d.
Ekonomis
Rencana termurah sesuai pendanaan dan pokok-pokok rencana lainnya adalah
umumnya
terpilih. Penekanan harus diberikan pada biaya umur total struktur yang
mencakup biaya
pemeliharaan, dan tidak hanya pada biaya permulaan konstruksi.
e.
Pertimbangan aspek lingkungan, sosial dan aspek
keselamatan jalan.
f.
Keawetan dan kelayanan jangka panjang.
Bahan struktural yang dipilih harus sesuai dengan lingkungan, misalnya
jembatan rangka baja yang digalvanisasi tidak merupakan bahan terbaik untuk
penggunaan dalam lingkungan laut agresif garam yang dekat pantai.
g.
Estetika
Struktur jembatan harus menyatu dengan pemandangan alam dan menyenangkan
untuk
dilihat. Penampilan yang baik umumnya dicapai tanpa tambahan dekorasi.
2. Peraturan-Peraturan legal dalam perencanaan
jembatan (SNI,dll)
PERATURAN DAN STANDAR JEMBATAN
a.
BMS 92 : Bridge Management System, 1992
b.
BMS 93 : Lampiran A dan Penjelasan Bag 1 sd. 9
c.
BMS 93 : Panduan Pengawasan dan Pelaksanaan
jembatan
d.
Guidelines for the Installation, Inspection,
Maintenance and Repair of Structural Supportsfor Highway Signs, Luminaires and
Traffic Signals, FHWA NHI 05-036, March 2005
e.
Modifikasi Jembatan Bailey dengan Cara Perkuatan
Cable
f.
Panduan Pengawasan dan Pelaksanaan Jembatan
g.
Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan-Persyaratan
Tahan Gempa
h.
Perencanaan Struktur Baja Untuk Jembatan
i.
RSNI T-02-2005 : Standar Pembebanan Untuk
Jembatan
j.
RSNI T-03-2005 : Perencanaan Struktur Baja Untuk
Jembatan
k.
RSNI T-04-2005 : Perencanaan Struktur Beton
Untuk Jembatan
l.
Spesifikasi Bantalan Elastomer Tipe Polos dan
Tipe Berlapis untuk Perletakan Jembatan
m.
Spesifikasi Pilar dan Kepala Jembatan Sederhana
Bentang 5 m sampai 25 m dengan Fondasi Tiang Pancang
n.
Standar Jembatan Bina Marga
o.
Standar Pembebanan Untuk Jembatan Jalan Raya
p.
Standar Perencanaan Gempa Untuk Jembatan
q.
VSL-Indonesia
SLAB ON GRADE
a.
Pedoman Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen
b.
Petunjuk Pelaksanaan Perkerasan Kaku (Beton
Semen)
c.
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Semen
REFERENCE
a.
FEMA : Federal Emergency Management Agency
b.
Precast Segmental Box Girder Bridges With
External Prestressing, Design andConstruction
c.
Preliminary Design of Precat Prestressed
Concrete Box Girder Bridges
d.
Comprehensive Design Example for Prestressed
Concrete (PSC) Girder SuperstructureBridge, FHWA
e.
LRFD Design Example for Steel Superstructure
Bridge, FHWA
f.
Extending Span Rougs of Precast Prestressed
Concrete Girder, NHCRP
g.
Connection of Simple Span Precast Concrete
Girder for Continuity, NCHRP
h.
Concrete Box-Girder Bridges, IABSE
BROSUR
a.
Tabel Konstruksi Baja
3. Bagian-Bagian dari Konstruksi Jembatan (beserta
gambar)
Menurut Departement Pekerjaan Umum
(Pengantar Dan Prinsip–Prinsip Perencanaan Bangunan bawah / Pondasi Jembatan,
1988 ) Suatu bangunan jembatan pada umumnya terdiri dari 6 bagian pokok, yaitu
:
Keterangan :
1.Bangunan atas
2.Landasan ( Biasanya terletak pada
pilar/abdument )
3.Bangunan Bawas ( memikul beban )
4.Pondasi
5.Optrit, ( terletak di belakang abdument )
6.Bangunan pengaman
Menurut ( Siswanto, 1993 ) : Bentuk dan
bagian jembatan dapat dibagi dalam 4 bagian utama, yaitu :
1.Struktur Atas
2.Struktur Bawah
3.Jalan pendekat
4.Bangunan pengaman
1)
Struktur Atas (Superstructures)
Menurut ( Pranowo dkk, 2007 ) struktur
atasjembatanadalahbagiandaristrukturjembatanyang secara langsung menahan beban lalu
lintas untuk selanjutnya disalurkan kebangunan bawah jembatan ; bagian-bagian
pada struktur bangunan atas jembatan terdiri atas struktur utama, sistem
lantai, sistem perletakan, sambungan siarmuai dan perlengkapan lainnya; struktur
utama bangunan atas jembatan dapat berbentuk pelat, gelagar, system rangka,
gantung, jembatan kabel (cable stayed) atau pelengkung.
Menurut (Siswanto,1993 ), struktur atas jembatan
adalah bagian-bagian jembatan yang memindahkan beban-beban lantai jembatan
kearah perletakan Struktur atas terdiri dari : gelagar-gelagar induk, struktur
tumpuan atau perletakan, struktur lantai jembatan/kendaraan, pertambahan arah
melintang dan memanjang. Struktur atas jembatan merupakan bagian yang menerima
beban langsung yang meliputi berat sendiri, beban mati, beban mati tambahan,
beban lalu-lintas kendaraan, gaya rem, beban pejalan kaki, dll. Struktur atas
jembatan umumnya meliputi :
a. Trotoar, berfungsi sebagai tempat berjalan bagi
para pejalan kaki yang melewati jembatan agar tidak terganggu lalu lintas
kendaraan. Konstruksi trotoar direncanakan sebagai pelat beton yang diletakkan
pada lantai jembatan bagian samping yang diasumsikan sebagai pelat yang
tertumpu sederhana pada pelat jalan. Trotoar terbagi atas :
Sandaran (Hand Raill), biasanya dari pipa besi, kayu dan beton bertulang.
Beban yang bekerja pada sandaran adalah beban sebesar 100 kg yang bekerja dalam
arah horisontal setinggi 0,9 meter.
Tiang sandaran (Raill Post) , biasanya dibuat dari beton bertulang untuk
jembatan girder beton, sedangkan untuk jembatan rangka tiang sandaran menyatu
dengan struktur rangka tersebut.
1.
Peninggian trotoar (Kerb),
2.
Slab lantai trotoar.
b.
Slab lantai kendaraan, berfungsi sebagai penahan
lapisan perkerasan yang menahan beban langsung lalu lintas yang melewati
jembatan itu. c.
c.
Gelagar (Girder), terdiri atas gelagar induk /
memanjang dan gelagar melintang. Gelagar induk atau memanjang merupakan
komponen jembatan yang letaknya melintang arah jembatan atau tegak lurus arah
aliran sungai. Sedangkan, gelagar melintang merupakan komponen jembatan yang
letaknya melintang arah jembatan.
d.
Balok diafragma, berfungsi mengakukan PCI girder
dari pengaruh gaya melintang.
e.
Ikatan pengaku (ikatan angin, ikatan melintang),
f.
Andas / perletakan, merupakan perletakan dari
jembatan yang berfungsi untuk menahan beban berat baik yang vertikal maupun
horisontal. Disamping itu juga untuk meredam getaran sehingga abutment tidak
mengalami kerusakan.
g.
Tumpuan (Bearing), karet jembatan yang merupakan
salah satu komponen utama dalam pembuatan jembatan, yang berfungsi sebagai alat
peredam benturan antara jembatan dengan pondasi utama.
2)
Struktur Bawah (Substructure)
Struktur bawah jembatan umumnya
meliputi :
a. Pangkal jembatan (Abutment), merupakan bangunan
yang berfungsi untuk mendukung bangunan atas dan juga sebagai dinding penahan
tanah. Bentuk abutment dapat berupa abutment tipe T terbalik yang dibuat dari
beton bertulang.
1.
Dinding belakang (Back wall),
2.
Dinding penahan (Breast wall),
3.
Dinding sayap (Wing wall), berfungsi untuk
menahan tanah dalam arah tegak lurus as jembatan ( penahan tanah ke samping ).
4.
Oprit, plat injak (Approach slab), merupakan
jalan pelengkap untuk masuk ke jembatan dengan kondisi disesuaikan agar mampu
memberikan keamanan saat peralihan dari ruas jalan menuju jembatan.
5.
Konsol pendek untuk jacking (Corbel),
6.
Tumpuan (Bearing).
b. Pilar jembatan (Pier), terletak di tengah
jembatan (di tengah sungai) yang memiliki kesamaan fungsi dengan kepala
jembatan yaitu mentransfer gaya jembatan rangka ke tanah. Sesuai dengan standar
yang ada, panjang bentang rangka baja, sehingga apabila bentang sungai melebihi
panjang maksimum jembatan tersebut maka dibutuhkan pilar. Pilar terdiri dari
bagian - bagian antara lain :
1.
Kepala pilar ( pierhead )
2.
Kolom pilar
3.
Pilecap
c. Drainase, fungsi drainase adalah untuk membuat
air hujan secepat mungkin dialirkan keluar dari jembatan sehingga tidak
terjadi genangan air dalam waktu yang lama. Akibat terjadinya genangan air maka
akan mempercepat kerusakan struktur dari jembatan itu sendiri.
Saluran drainase ditempatkan pada tepi kanan kiri dari badan jembatan ( saluran samping ), dan gorong - gorong.
3)
Pondasi
Macam-macam pondasi secara umum dapat
digambarkan sebagai berikut :
Pondasi berfungsi untuk meneruskan beban-beban di atasnya ke tanah dasar.
Pada perencanaan pondasi harus terlebih dahulu melihat kondisi tanahnya. Dari
kondisi tanah ini dapat ditentukan jenis pondasi yang akan dipakai. Pembebanan
pada pondasi terdiri atas pembebanan vertikal maupun lateral, dimana pondasi
harus mampu menahan beban luar diatasnya maupun yang bekerja pada arah
lateralnya. Dalam pemilihan tipe pondasi secara garis besar ditentukan oleh
kedalaman tanah keras, karena untuk mendukung daya dukung tamah terhadap
struktur bangunan jembatan yang akan direncanakan. Alternatif tipe pondasi yang
dapat digunakan untuk perencanaan jembatan antara lain :
a.
Fondasi telapak (spread footing), Pondasi
telapak digunakan jika lapisan tanah keras ( lapisan tanah yang dianggap baik
mendukung beban ) terletak tidak jauh (dangkal)dari muka tanah. Dalam
perencanaan jembatan pada sungai yang masih aktif, pondasi telapak tidak
dianjurkan mengingat untuk menjaga kemungkinan terjadinya pergeseran akibat
gerusan.
b.
Fondasi sumuran (caisson), Pondasi sumuran
digunakan untuk kedalaman tanah keras antara 2-5 m. Pondasi sumuran dibuat
dengan cara menggali tanah berbentuk lingkaran berdiameter > 80 m.
penggalian secara manual dan mudah dilaksanakan. Kemudian lubnag galian diisi
dengan beton siklop (1pc : 2 ps : 3 kr) atau beton bertulang jika dianggap
perlu. Pada ujung pondasi sumuran dipasang poer untuk menerima dan meneruskan
beban ke pondasi secara merata.
1. Open Caissons Open caissons sering juga
dinamakan wellfoundation. Dimaksudkan pondasi sumuran dimana tidak ada penutup
atas maupun bawah selama dalam pelaksanaan. Gambar 12. Menunkukkan salah satu
contoh well foundation yang sering dilaksanakan untuk pondasi-pondasi di
Indonesia.
2.
Pneumatic Caissons Pneumatic caisson adalah
caisson dimana diperlengkapi dengan konstruksi penutup didekat dasar caisson
yang dapat diatur sedemikian rupa sehingga pekerja-pekerja dapat melaksanakan
penggalian tanah di dasar sumuran di bawah konstruksi penutup tersebut. Pondasi
ini kebanyakan dilaksanakan pada jembatan dimana kondisi air sungainya sangat
tinggi sehingga tidak mungkin bias dibuat pembendung air (kistdam) secara
tersendiri.
c.
Fondasi tiang (pile foundation)
1.
Tiang pancang kayu (Log Pile)
2.
Tiang pancang baja (Steel Pile),
3.
Tiang pancang beton (Reinforced Concrete Pile),
4.
Tiang pancang beton prategang pracetak (Precast
Prestressed Concrete Pile), spun
5.
pile,
6.
Tiang beton cetak di tempat (Concrete Cast in
Place), borepile, franky pile,
7.
Tiang pancang komposit (Compossite Pile).
4)
Bangunan Pengaman / Pelengkap
Bangunan pelengkap pada jembatan adalah bangunan yang merupakan pelengkap
dari konstruksi jembatan yang fungsinya untuk pengamanan terhadap struktur
jembatan secara keseluruhan dan keamanan terhadap pemakai jalan. Macam-macam
bangunan pelengkap:
a.
Saluran Drainase Terletak dikanan-kiri abutment
dan di sisi kanan-kiri perkerasan jembatan. Saluran drainase berfungsi untuk
saluran pembuangan air hujan diatas jembatan,
b.
Jalan Pendekat ( Optrit ) Menurut
Pranowodkk(2007), jalan pendekat adalah struktur jalan yang menghubungkan
antara suatu ruas jalan dengan struktur jembatan; bagian jalan pendekat ini dapat
terbuat dari tanah timbunan,danmemerlukan pemadatan yang khusus, karenaletak
dan posisinya yang cukup sulit untuk dikerjakan, atau dapat juga berbentuk
struktur kaki seribu ( pile slab ), yang berbentuk pelat yang disangga oleh
balok kepala di atas tiang-tiang Permasalahan utama pada timbunan jalan
pendekat yaitu sering terjadinya penurunan atau deformasi pada ujung pertemuan
antara struktur perkerasan jalan terhadap ujung kepala jembatan.
c.
Talut
Talud mempunyai fungsi utama
sebagai pelindung abutment dari aliran air sehingga sering disebut talud
pelindung terletak sejajar dengan arah arus sungai.
d.
Guide Post / Patok penuntun
Patok Penuntun berfungsi sebagai penunjuk
jalan bagi kendaraan yang akan melewati jembatan, biasanya diletakkan sepanjang
panjang oprit jembatan.
e.
Lampu penerangan
Menurut Departement Pekerjaan Umum (1992) tentang
spesifikasi lampu penerangan jalan perkotaan, Lampu penerangan jalan adalah
bagian dari bangunan pelengkap jalan yang dapat diletakkan/dipasang di
kiri/kanan jalan dan atau di tengah ( di bagian median jalan ) yang digunakan
untuk menerangi jalan maupun lingkungan disekitar jalan yang diperlukan
termasuk persimpangan jalan (intersection), jalan laying (interchange,
overpass, fly over), jembatan dan jalan di bawah tanah (underpass, terowongan).
f.
Trotoar
Trotoar adalah jalur pejalan kaki yang umumnya sejajar
dengan jalan dan lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan untuk menjamin
keamanan pejalan kaki yang bersangkutan. Para pejalan kaki berada pada posisi yang
lemah jika mereka bercampur dengan kendaraan, maka mereka akan memperlambat aru
lalu lintas. Oleh karena itu, salah satu tujuan utama dari manajemen lalu
lintas adalah berusaha untuk memisahkan pejalan kaki dari arus kendaraan
bermotor tanpa menimbulkan gangguan-gangguan yang besar terhadap aksesibilitas
dengan pembangunan trotoar.
4. Bentuk-Bentuk Jembatan (beserta
gambar)
a.
Jembatan Sederhana
Biasanya terbuat dari gelondongan kayu dan memiliki
struktur yang cukup sederhana disbanding jembatan lainnya.
b.
Jembatan Beton Bertulang
Terbuat
dari beton yang diberi tulangan untuk menahan beban yang lebih berat dari
jembatan sederhana. Banyak kita temukan di daerah perkotaan. Struktur jembatan
hampir mirip dengan jembatan sederhana namun material yang digunakan adalah
beton yang diberi tulangan agar dapat menahan gaya tekan dan Tarik yang cukup
kuat sesuai rencana.
c.
Beton Prategang
Jembatan Beton Prategang terbuat dari material beton
yang sebelumnya telah ditarik dengan tegangan tertentu pada bagian tendon/kabel
baja didalam beton, tujuannya agar meminimalisir deformasi yang terjadi.
d.
Jembatan Gantung
Jembatan
gantung atau dikenal sebagai Suspension Bridge merupakan digantungkan dengan
menggunakan tali untuk jembatan gantung yang sangat sederhana dan kabel baja
pada jembatan gantung besar.
e.
Jembatan Cable Stayed
Seperti jembatan gantung, jembatan ini ditahan oleh
kabel disebut juga sebagai Cable-Stayed Bridge. Bedanya, selain jumlah kabel
yang dibutuhkan lebih sedikit, jembatan ini memiliki menara penahan kabel yang
lebih pendek daripada jembatan gantung.
5. Beban-beban yang bekerja dalam
perencanaan struktur jembatan
a.
Beban Primer
1)
Beban hidup
2)
Beban mati
3)
Beban Kejut
b.
Beban Sekunder
1)
Beban angin
2)
Gaya akibat perbedaan suhu
3)
Gaya rangkak dan susut
4)
Gaya rem dan traksi
5)
Gaya gesekan pada tumpuan bergerak
c.
Beban Khusus
1)
Gaya Sentrifugal
2)
Gaya Gesekkan pada tumpuan
3)
Gaya Tumbukkan pada jembatan layang
4)
Beban dan gaya selama pelaksanaan
5)
Gaya akibat aliran air dan benda benda hanyut
6)
Gaya akibat tekanan tanah
Nama :
Sabrie Prasetio
NPM :
16316746
Kelas :
3TA02
Nama Dosen : I Kadek Bagus Widana Putra
Link 2: https://www.gunadarma.ac.id