Selasa, 13 Desember 2016

TOL BECAKAYU (BEKASI-CAWANG-KAMPUNG MELAYU)

TOL BECAKAYU (BEKASI-CAWANG-KAMPUNG MELAYU)



Jalan Tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu) adalah jalan tol berkonstruksi layang yang dibangun di atas sungai Kalimalang di kota Jakarta Timur dan Bekasi untuk mengurai kemacetan di sekitar Kalimalang. Jalan tol ini dimulai pembangunannya pada tahun 1996 oleh PT Kresna Kusuma Dyandra Marga, namun terhenti dua tahun kemudian akibat krisis moneter yang melanda. Jalan tol Becakayu menelan biaya investasi Rp 7,2 triliun, biaya konstruksi Rp 4,785 triliun, biaya pembebasan tanah Rp 449 miliar, dan masa konsesi 45 tahun (sejak SPMK). Investor dan pengelola Tol Becakayu adalah PT Waskita Toll Road, anak usaha dari PT Waskita Karya (Persero) Tbk yang memegang 60 persen saham PT Kresna Kusuma Dyandra Marga. Jalan tol ini dikabarkan akan selesai tahun 2017.

            Sebenarnya jalan tol ini keberadaannya dekat sekali dengan rumah saya, hanya beberapa ratus meter, karena jalan tol ini melewati kelurahan Jakasampurna Bekasi Barat, serta dibangun diatas kalimalang, sebuah sungai yang sudah sangat tidak asing ditelinga masyarakat Kota Bekasi dan juga Kota Jakarta tentunya.
            Ketika saya kecil, saya sempat tinggal di daerah Bekasi namun kemudian karna beberapa hal, saya berpindah pindah, dari Jakarta ke Bekasi, Bekasi ke Jakarta, begitu seterusnya, jadi saya sangat mengenal sekali apa saja yang sedang dibangun disekitaran jalan raya kalimalang dan sejak saya kecil, saya selalu penasaran dengan sesuatu yang ada dipinggir kalimalang, sebuah bangunan, seperti pondasi, sebuah proyek yang terlihat tidak selesai, atau dalam kata lain “mandek”. Proyek itu belum selesai, tapi sejak kecil saya penasaran, apa yang akan dibuat disitu, sebuah kereta layang kah? Jujur saya tidak terpikirkan, pondasi yang mandek itu akan dijadikan tol.
           

Seiring dengan berjalannya waktu, ternyata pondasi yang mandek itu dilanjutkan ditahun 2014, mulailah banyak bahan bahan material pembuat jalan tol diturunkan dibawah bawah tiang pondasi itu, dan hal tersebut sebenarnya membuat badan jalan menjadi sempit, yang kemudian menyebabkan macet. Ada beberapa hal yang sebenarnya saya keluhkan karna pembuatan jalan tol itu, yang pertama, badan jalan menjadi sempit, kedua jalanan menjadi banyak yang rusak dan berlubang, serta banyak pasir jikalau anginnya sedang bertiup kencang, jika hujan, jalan raya kalimalang akan menjadi kotor karna air hujan yang turun bercampur pasir, dan yang terakhir, pohon pohon yang besar yang sedari dulu tumbuh di sepanjang pinggiran jalan raya kalimalang harus ditebang dan membuat jalan terlihat panas dan gersang.


Mungkin itulah yang akan kami rasakan sebagai “orang teknik sipil” jikalau nanti sudah lulus kuliah, dan mengerjakan suatu proyek, kita jangan hanya melihat dari sudut pandang satu orang, tapi harus lihat manfaat apa dari proyek yang kita bangun, setidaknya meminimalisir keluhan warga sekitar yang terkena dampak dari pembangunan, serta mengembalikan kembali lingkungan yang mungkin dirusak sementara untuk pembangunan ini.



Selasa, 6 Desember 2016

            Saya beserta tim sudah melakukan serangkaian persiapan untuk menanyakan beberapa hal kepada salah satu yang bertanggung jawab atas pembuatan tol ini dari awal hingga akhir. Pukul 10.00 wib, saya dan tim sudah sampai di lokasi, tempatnya memang sedang tahap pembangunan akhir, alias hampir rampung, karena yang mengarah ke Jakarta sudah jadi, tinggal penyelesaian dan penambahan akhirnya saja. Setelah kami bertanya ke beberapa sub-kontraktor disana, mereka menyarankan kami, jika ingin melakukan wawancara, kami harus ke kantor P.T Waskita Toll Road nya saja yang jaraknya lumayan jauh bagi saya untuk ditempuh, karena saya tahu daerah yang dimaksudkan para “tukang” tersebut. Setelah beberapa kali bertanya, akhirnya saya dan tim melihat ada seorang Bapak yang kelihatan nya sedang memberikan beberapa arahan, dia berbicara seperti “mandor”, lalu kemudian kami dekati beliau, dan setelah berbincang, akhirnya ia mau untuk diwawancarai sedikit mengenai proyek pembangunan Tol Becakayu ini. Kami sangat beruntung, ternyata beliaulah penanggung jawab atas proyek ini, mulai dari awal hingga selesai, beliau bernama Bapak Niko, lulusan Teknik Sipil UGM, asalnya dari Sulawesi, dan sebenarnya beliau bertempat tinggal di Depok, tidak terlalu jauh dari kampus kami, Gunadarma.

            Kami sebenarnya tertarik dengan beberapa hal dari tol ini, pertanyaan yang langsung kami lontarkan adalah, mulai sejak kapan seebenarnya jalan tol becakayu ini dirintis, kemudian Pak Niko menjelaskan, Tol Becakayu ini sebenarnya sudah dirintis sejak masa orde baru, sekitar Tahun 1994-1997, namun kemudian mangkrak dan tidak dilanjutkan, baru dilanjutkan kembali pada masa kepemimpinan Presiden Jokowi tahun 2014.




Sempat berganti konsultan, yang dulunya bekerjasama dengan konsultan Buana Arsikon, sekarang digantikan oleh Delta Konstruksi. Desain awalnya dijalankan di 2006, kemudian ada review ulang di tahun 2008, tetapi secara keseluruhan, mengikuti plan awal sejak tahun 2000.

            Pembahasan selanjutnya saya dan tim bertanya tentang berapa jumlah/total uang yang telah dikeluarkan untuk membangun proyek ini, Pak Niko menjawab “sejauh ini total nilai proyeknya sudah menghabiskan dana sekitar 5,7 Trilyun Rupiah”. Sejenak kami memikirkan, dapat darimana uang sebanyak itu, lalu beliau mengatakan “ Dana nya berasal dari APBN “.
Kemudian kami penasaran dengan detail tol becakayu ini, seberapa panjangkah, lebar jalannya apakah cukup besar, Kemudian Beliau Menuturkan “ Total panjang tol ini 12,5 km tetapi itu hanya satu sisi, karna ini dua sisi, yaitu utara dan selatan jadi jika ditotal menjadi 25km, lebar jalannya 13 m, bulan maret 2017 akan diresmikan sepanjang 8km terlebih dahulu”.





            Pembahasan akhir yang masih ingin kami tanyakan yaitu tentang dampak, lalu apakah dalam pembangunan proyek ini melakukan kerjasama dengan Perusahaan lain yang bergerak di bidang Pembangunan, dan yang terakhir apasih peran pemerintah terhadap pembangunan tol ini, lalu kemudian beliau menjelaskan “ sebenarnya kalo dampak, kalian harus tanya ke warga sekitar, jika memang ada, pasti aka nada laporan ke kita ( maksudnya ke pihak yang membangun jalan tol ini). Tapi sejauh ini tidak ada sih, kalau pihak yang bekerjasama, P.T Waskita Karya yang jadi kontraktor utama, sisanya paling konsultan, peran pemerintah ya paling seperti mengawasi, dan nanti yang akan meresmikan dari pihak pemerintah, kalau sosialisasi, kita harus sosialisasi ke pihak pihak yang terkait, mulai dari RT, RW, Lurah, Camat, Polsek setempat serta Koramil, dan Polsek juga ada 2 pihak, karena tol ini melewati 2 provinsi yang berbeda, yang pertama dari Kota Bekasi dan yang kedua dari Kota Jakarta Timur”.



Begitu beliau menuturkan panjang jelas, beliau sempat bertanya tanya juga kepada kami, darimana asal daerah kami, serta memberikan beberapa nasihat kepada kami agar kelak menjadi orang yang berguna, dan taat serta patuh terhadap Yang Maha Kuasa serta Orangtua.
Terlihat dari cara bicara dan pandangan nya, beliau bukan orang sembarangan, karna pengalaman beliau juga dibilang cukup bagus, beliau pula yang mengajari kami tentang pondasi tol pada umumnya, beliau gambarkan disebuah kertas, kami sangat senang serta sangat beruntung bertemu Bapak Niko.

Harapan saya untuk Tol Becakayu ini semoga cepat diresmikan, dan dapat digunakan secara baik dan bijak oleh semua pihak, apa apa yang telah dirusak sementara oleh pihak kontraktor harus segera dikembalikan, seperti lingkungan yang menjadi terlihat kumuh dan kotor, serta jalan yang sempit dan berlubang harus segera diperbaiki ulang seiring berjalannya waktu.

Berikut adalah foto-foto saat wawancara dan keadaan tol yang sedang dibangun, semoga bermanfaat :



































Salam Sipil! Sipil Satu!


Sumber :

Nama : Sabrie Prasetio
NPM  : 16316746