DAMPAK
PERUBAHAN STATUS JALAN L.A SUCIPTO-JALAN RAYA BUGIS DARI JALAN KOTA MENJADI
JALAN NASIONAL
Sabrie Prasetio
Program
Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas
Gunadarma
Perkembangan infrastruktur di
Indonesia saat ini berkembang sangat pesat. Dapat kita lihat dengan banyaknya
proyek pembangunan infrastruktur di segala bidang termasuk bidang transportasi
dibangun oleh pemerintah, swasta dan lain-lain Pemerintah Indonesia hingga saat
ini terus melaksanakan Pembangunan Nasional dengan salah satu fokus adalah pada
penyediaan jaringan transportasi, yaitu pembangunan Jalan Tol. Jalan Tol
Pandaan-Malang merupakan kelanjutan dari Jalan Tol Gempol–Pandaan yang
direncanakan memiliki panjang 37,6 km dan melintasi tiga wilayah, yakni
Pasuruan, Kota Malang dan Kabupaten Malang
Pembangunan Jalan Tol
Pandaan-Malang mengakibatkan perubahan jalur yang dilalui truk. Perubahan jalur
ini yang akan mengaibatkan perubahan beban lalu lintas terhadap ruas jalan L.A
Sucipto- Jalan Raya Wendit Barat- Jalan Raya Bugis dan memberikan dampak pada
tingkat pelayanan lalu lintas. Bertambahnya volume lalu lintas dapat
menyebabkan kemacetan, tundaan dan lain sebagainya, sehingga mengganggu
aktivitas warga sekitar dan khususnya pengguna jalan. Untuk itu, diperlukan
Analisis Dampak perubahan status jalan dalam rangka meninjau pengaruh
pergerakan lalu lintas baru terhadap sistem jaringan jalan yang sudah ada dan
setelah adanya pergerakan baru akibat pembangunan Jalan Tol Pandaan-Malang.
Kinerja jaringan jalan yang
ditinjau setelah beroperasinya jalan tol Pandaan-Malang memiliki nilai derajat
kejenuhan diatas 0.75 dan memiliki tingkat pelayanan ≥ C. untuk Ruas Jalan L.A
Sucipto memiliki nilai DS= 0.9474, LoS= D dan Ruas Jalan Raya Bugis memiliki
nilai DS sebesar 1.0997, LoS=E. Simpang tidak bersinyal yang ditinjau mengalami
perubahan kinerja. Nilai derajat kejenuhan pertigaan jalan Simpang L.A Sucipto
meningkat menjadi 0.966 dengan tundaan sebesar 17.64 det/smp , Simpang Industri
Wendit Barat mmiliki nilai DS=0.86 dengan tundaan sebesar 14.63 det/smp, serta
Simpang Saptorenggo memiliki nilai DS =2.258 dengan tundaan sebesar -3.20
det/smp sehingga tingkat pelayanan uang dimiliki oleh masing-masing simpang
tidak bersinyal adalah C,C dan F
Tindakan perbaikan yang dapat
dilakukan antara lain mengubah simpang tidak bersinyal menjadi besinyal dengan
tiga fase pergerakan , melakukan perbaikan geometri pada badan jalan dan masing
masing kaki simpang yang ditinjau, serta melakukan pengaturan ulang waktu
siklus pada simpang bersinyal. Perhitungan kinerja jaringan jalan yang ditinjau
serta perbaikan berdasarkan Pendoman Kapasitas Jalan Indonesia (PKJI).
Kata kunci: Lalu lintas, Tol Pandaan-Malang, Derajat kejenuhan, Tingkat
Pelayanan
Pemerintah Indonesia hingga saat ini
terus melaksanakan Pembangunan Nasional dengan
salah satu fokus adalah pada penyediaan jaringan transportasi, yaitu
pembangunan Jalan Tol. Jalan Tol Pandaan-Malang merupakan kelanjutan dari Jalan
Tol Gempol–Pandaan yang direncanakan memiliki panjang 37,6 km dan melintasi
tiga wilayah, yakni Pasuruan, Kota Malang dan Kabupaten Malang [1]. Salah satu
akses Jalan Tol Pandaan-Malang yang di rencanakan akan berada di Jalan Ki Ageng
Gribig dan terhubung dengan Jalan Raya Bugis, Jalan Raya Wendit Barat, dan
Jalan Laksana Adi Sucipto yang status masing-masing jalan tersebut adalah jalan
kota dan jalan kabupaten
Pembangunan Jalan Tol
Pandaan-Malang mengakibatkan perubahan jalur yang dilalui truk. Perubahan jalur
ini yang akan mengaibatkan perubahan beban lalu lintas terhadap ruas jalan L.A
Sucipto- Jalan Raya Wendit Barat- Jalan Raya Bugis dan memberikan dampak pada
tingkat pelayanan lalu lintas. Untuk itu, diperlukan Analisis Dampak perubahan status
jalan dalam rangka meninjau pengaruh pergerakan lalu lintas baru terhadap
sistem jaringan jalan yang sudah ada dan setelah adanya pergerakan baru akibat
pembangunan Jalan Tol Pandaan-Malang
TINJAUAN PUSTAKA Transportasi dan
Tata Guna Lahan
Transportasi sebagai suatu
tindakan, proses, atau suatu hal mentransportasikan atau memindahkan dari suatu
tempat ke tempat yang lain [3]. Perangkutan / transportasi adalah usaha
memindahkan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat yang lain [5]
.Pergerakan orang dan barang yang disebut arus lalu lintas (traffic flow) merupakan konsekuensi
gabungan dari aktivitas lahan (permintaan) dan
kemampuan sistem transportasi mengatasi masalah lalu lintas/penawaran [2]
.Penduduk serta kegiatannya merupakan pembangkit pergerakan (Trip Generation) yang paling signifikan.
Kebutuhan manusia untuk dapat melakukan kegiatan di tempat tujuan berupa satu
tata guna lahan tertentu menimbulkan arus pergerakan baik oleh manusia itu
sendiri, barang maupun kendaraan yang memerlukan suatu jaringan transportasi. Permasalahan transportasi bisa muncul karena adanya perubahan land use akibat adanya pusat kegiatan
baru.
Bangkitan dan Tarikan
Bangkitan adalah salah satu tahap pemodelan dalam
melakukan analisis dampak lalu lintas yang memperkirakan jumlah pergerakan yang
berasal dari daerah atau zona tata guna lahan dan jumlah pergerakan yang
menuju/tertarik dari/ ke zona tata guna lahan. Bangkitan dan tarikan lalu
lintas tersebut tergantung pada jenis tata guna lahan dan jumlah aktivitas pada
tata guna lahan tersebut.[4]
Pemodelan
Bangkitan dan Tarikan Pergerakan
Penelitian tentang model
perenanaan transportasi selalu dilandaskan oleh empat tahapan yang
berkesinambungan yang di sebut dengan four
step modelling yaitu tahapan sebagai berikut [4]
a.
Model Bangkitan Perjalanan (Trip Generation)
b.
Model Distribusi Perjalanan ( Trip Distribution)
c. Model
Pemilihan Moda (Moda Split)
d.
Model Pemilihan Rute (Trip Asigment)
Karakteristik Arus Lalu Lintas
Arus lalu lintas merupakan jumlah kendaraan bermotor
yang meleati suatu jalan dalam satuan waktu. Arus lalu lintas
dapat dinyatakan dalam satuan
kendaraan/jam atau dalam satuan smp/jam dan dapat
di sebut sebagai \lhr (lalu lintas harian rata-rata).
Qsmp = Arus total pada persimpangan (smp/jam)
QKend = Arus pada masing-masing
simpang
(smp/jam)
Fsmp =
Faktor smp
Variasi Volume Arus Lalu Lintas
a. Pertumbuhan
normal
b. Diverted trafific.
c. Converted traffic
d. Generated traffic atau induced
Kinerja Ruas Jalan
Perhitungan Kapasitas Ruas Jalan
C= C0 x FCw x FCSP x FCSF x FCCS (2)
Dimana:
C = Nilai Kapasitas
C0 =
Kapasitas Dasar
FCw =Faktor penyesuaian lebar jalur lalu-lintas
FCSP =Faktor penyesuaian pemisahan arah
FCSF =Faktor penyesuaian hambatan samping
FCCS =Faktor penyesuaian ukuran kota Masing masing faktor di atas akan
mempengaruhi kapasitas suatu jalan.
Tingkat
Pelayanan Jalan (Level Of Service (LOS))
Tingkat pelayanan jalan adalah
ukuran kualitatif yang menjelaskan kondisi-kondisi operasional di dalam suatu
aliran lalu lintas dan pesepsi dari pengemudi dan / atau penumpang
terhadap kondisi-kondisi tersebut (Khisty, 2003).
Dimana:
VCR :
Volume Capacity Ratio
V : Volume lalu lintas
C :
Kapasitas lalu lintas
Tabel 1. Standar Tingkat Pelayanan Jalan
S = SO x FCS x FSF x FG x FP
x FLT x FRT (5)
Dimana :
C:
Kapasitas (smp/jam) S : Arus
jenuh
g : Waktu
hijau efektif
c : Waktu
siklus
S : Arus jenuh (smp/waktu hijau efektif)
SO : Arus jenuh dasar (smp/waktu hijau efektif)
FCS : Faktor koreksi arus jenuh akibat ukuran kota (jumlah penduduk)
FSF : Faktor koreksi arus jenuh akibat adanya gangguan samping yang
meliputi faktor tipe lingkungan jalan dan kendaraan tidak bermotor
FG : Faktor koreksi arus jenuh akibat kelandaian jalan
FP : Faktor koreksi dengan arus jenuh akibat adanya
kegiatan perparkiran dekat lengan persimpangan
FLT : Faktor koreksi kapasitas akibat adanya pergerakan belok kiri
FRT : Faktor koreksi kapasitas akibat adanya pergerakan belok kanan
Derajat Kejenuhan (DS)
Sesuai PKJI 2014 derajat
kejenuhan untuk simpang bersinyal dihitung untuk tiap pendekat. Dengan
persamaan berikut:
DS = Q/C = (Q x c)/(S x g)
|
|
Tundaan
Tundaan adalah waktu tempuh
tambahan yang diperlukan untuk melalui simpang apabila dibandingkan lintasan
tanpa melalui simpang. PKJI 2014
memberikan persamaan untuk menghitung tundaan pada
simpang sebagai berikut:
Dj = DTj + DGj
|
|
|
|
|
|
(
|
)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
)
|
|
|
|
DGj = (1 – PSV) x
PT x 6 + (PSV x 4)
|
|
Dimana:
Dj = tundaan rata-rata untuk pendekat j (det/smp)
DTj = tundaan lalu lintas rata-rata untuk pendekat j (det/smp)
DGj =
tundaan geometric rata-rata untuk
pendekat
j (det/smp)
GR =
rasio hijau (g/c)
DS =
derajat kejenuhan
C =
kapasitas (smp/jam)
NQ₁ = jumlah smp yang tertinggal
dari fase hijau sebelumnya.
PSV= rasio kendaraan terhenti pada suatu pendekat
PT = rasio kendaraan membelok pada suatu pendekat
Sehingga tundaan total dapat dihitung dengan persamaan:
Dimana :
DTOT = Σ tundaan semua pendekat
QTOT = Σ arus lalu lintas semua pendekat
Tingkat Pelayanan Persimpangan
Bersinyal
Tingkat pelayanan
persimpangan
bersinyal dapat dilihat dari tundaan.Lamanya waktu tundaan untuk
melewati simpang bila dibandingkan kondisi simpang tanpa lalu lintas
menunjukkan efektifitas kinerja simpang
Tabel 2. Tingkat Pelayanan Persimpangan
Bersinyal
|
ITP
|
|
Tundaan
per kendaraan
|
|
|
|
|
(detik)
|
|
|
|
|
|
|
|
A
|
|
|
≤ 5,0
|
|
|
B
|
|
5,1 – 15,0
|
|
C
|
|
|
15,1- 25,0
|
|
|
D
|
|
25,1 – 40,0
|
|
E
|
|
|
40,1 – 60,0
|
|
|
F
|
>60,0
|
|
Kinerja Simpang Tidak Bersinyal
Kapasitas Persimpangan Tidak
Bersinyal
Perhitungan kapasitas persimpangan tidak berlampu lalu lintas ditentukan
dengan persamaan berikut: (PKJI, 2014: 3-39).
C = COx FW x FM x FCS x FRSU x FLT x FRT
Dimana :
C :Kapasitas
(smp/jam)
CO : Kapasitas dasar (smp/jam)
FW: Faktor koreksi kapasitas untuk lebar jalan persimpangan
FM: Faktor koreksi
kapasitas jika ada
pembatas median pada lengan persimpangan
FCS: Faktor koreksi kapasitas akibat ukuran kota (jumlah penduduk)
FRSU: Faktor koreksi kapasitas akibat adanya tipe lingkungan, gangguan
sampingan dan kendaraan tidak bermotor
FLT: Faktor koreksi kapasitas akibat adanya pergerakan belok kiri
FRT: Faktor koreksi kapasitas akibat adanya pergerakan belok kanan
FMI: Faktor koreksi kapasitas akibat adanya arus lalu lintas pada jalan
minor
Tingkat Pelayanan Persimpangan
Tidak Bersinyal
Tingkat pelayanan untuk
persimpangan
tidak bersinyal dinilai dengan menggunakan parameter kapasitas sisa.
Kapasitas sisa adalah selisih dari kapasitas simpang dengan total arus lalu
lintas yang masuk simpang (smp/jam).
Tabel 3. Tingkat Pelayanan Pada Persimpangan
Tidak Bersinyal
Kapasitas
|
|
Tingkat
|
|
Tundaan
untuk
|
Sisa
|
|
Pelayanan
|
|
lalu
lintas jalan
|
|
|
|
|
|
|
|
minor
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
>400
|
|
|
A
|
|
|
Sedikit
dan tidak
|
|
|
|
|
|
|
|
|
ada
tundaan
|
|
300-399
|
|
|
B
|
|
Tundaan
lalu
|
|
|
|
|
|
|
|
lintas
singkat
|
|
|
|
|
|
|
|
200-299
|
|
|
C
|
|
|
Tundaan
lalu
|
|
|
|
|
|
|
|
|
lintas
rata-rata
|
|
100-199
|
|
|
D
|
|
Tundaan
lalu
|
|
|
|
|
|
|
|
lintas
lama
|
|
|
|
|
|
|
|
0-99
|
|
|
E
|
|
|
Tundaan
lalu
|
|
|
|
|
|
|
|
|
lintas sangat lama
|
|
*
|
|
|
F
|
*
|
|
*) ketika volume melebihi kapasitas dari lajur, akan terjadi tundaan
yang parah disertai dengan antrian
METODE PENELITIAN
Adapun survai penelitian ini dilakukan pada hari
- Hari
Sabtu pukul 14.30 -17.30 WIB
- Hari
Senin pukul 06.00 -09.00 WIB
Dan kendaraan yang di survai berupa
kendaraan ringan seperti mobil penumpang dan mikolet, sepeda motor,
kendaraan berat berupa truk, bus, dan container serta kendaraan tidak bermotor
yang melintas pada jaringan jalan yang ditinjau.
Gambar 1. Diagram Alir penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah
Penduduk
Jumlah penduduk menunjukkan banyaknya orang yang
tinggal di suatu wilayah kota dan atau kabupaten tersebut.
Berikut
merupakan proyeksi pertumbuhan penduduk Kota Malang.
Gambar 2. Proyeksi pertumbuhan penduduk
Kota Malang tahun 2016 – 2019.
Sumber :
Badan Pusat Statistik Kota Malang
Jenis dan Jumlah Kendaraan
Meningkat pesatnya angka pertumbuhan penduduk
dipengaruhi pula oleh meningkatnya jumlah kendaraan. Berikut merupakan data
kendaraan Kota Malang dan Kabupdaten Malang.
Gambar
|
3.
|
Data
|
Kendaraan
|
Kota
|
Malang
Sumber :
Kantor bersama SAMSAT Malang Kota
PDRB
(Pendapatan Domestik Regional Bruto) Kota Malang
PDRB juga merupakan salah satu parameter untuk mengukur
tingkat perekonomian suatu daerah.
Gambar 4. Produk Domestik Regional Bruto
Kota Malang
Sumber :
Hasil Analisis
Hasil dari perhitungan kinerja jaringan jalan yang
di tinjau pada hari yang di tentukan didapatkan kondisi puncak pada pagi hari
pukul 06.30-07.30.
Tabel 4. Kinerja Jaringan Jalan Eksisting
Sumber : Hasil Analisis
Dari hasil analisis volume jam
puncak masing-masing simpang dalam dua hari, pada masing-masing jam puncak
memiliki nilai derajat kejenuhan (DS) yang berbeda dan semuanya memerlukan
perbaikan agar mendapatkan nilai derajat kejenuhan ≤0.75 dan LOS C. Hal ini
bertujuan untuk mengurangi kemacetan dan tundaan yang terjadi pada simpang
tersebut.
Analisis kinerja lalu lintas
kondisi setelah beroperasinya Jalan tol Pandaan-Malang yang mana kinerja lalu
lintas
setiap jaringan jalan setelah beroperasinya jalan
tol pandaan-malang didapat dari hasil penjumlahan kondisi eksisting ditambah dengan model bangkitan dan tarikan.
Tabel 5. Kinerja
Jaringan Jalan Eksisting dan setelah
Beroperasinya Tol
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Level of Service
|
|
|
|
|
|
|
|
Derajat
|
|
|
|
|
(LoS)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Nama
|
|
|
|
|
|
Kejenuhan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pendek
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Jaringan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
at
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Jalan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Eksist
|
|
|
Setelah
|
|
|
Eksist
|
|
|
Setelah
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
berope
|
|
|
|
|
berope
|
|
|
|
|
|
|
|
|
ing
|
|
|
|
|
ing
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
rasi
|
|
|
rasi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Ruas
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Jalan
|
|
|
|
|
|
|
|
0.8610
|
|
|
C
|
|
|
D
|
|
|
|
|
|
|
|
0.715
|
|
|
|
|
|
|
|
|
L.A
|
|
|
|
|
|
5
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sucipto
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Ruas
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Jalan
|
|
|
|
|
0.838
|
|
0.9673
|
|
|
E
|
|
E
|
Raya
|
|
|
|
|
5
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Bugis
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Jalan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Perempa
|
|
|
L.A
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sucipto
|
|
|
1.55
|
|
|
1.04
|
|
|
|
|
|
|
|
|
tan L.A
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
(arah
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sucipto
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Blimbin
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
g)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Jalan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Panji
|
1.47
|
|
1.23
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Suroso
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Jalan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
F
|
|
|
F
|
|
|
|
|
|
L.A
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sucipto
|
|
|
1.12
|
|
|
2.56
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
(arah
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Abd.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Saleh)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Jalan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sunand
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
ar
Priyo
|
0.82
|
|
1.47
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sudarm
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
ono
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pertigaa
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
n Jalan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
0.948
|
|
|
|
|
|
C
|
|
|
C
|
|
|
Simpang
|
|
|
|
|
|
|
0.966
|
|
|
|
|
L.A
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sucipto
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Petigaan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Jalan
|
|
|
|
|
0.844
|
|
|
|
|
|
C
|
|
C
|
Industri
|
|
|
|
|
|
0.86
|
|
|
|
Wendit
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Barat
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Perempa
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
tan
|
|
|
|
|
|
2.235
|
|
|
2.258
|
|
|
F
|
|
|
F
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Saptore
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sumber : Hasil Analisis
Rekomendasi Perbaikan
Pada masing- masing ruas yang di tinjau memiliki
nilai derajat kejenuhan lebih dari 0.75 dan tingkat pelayanan jalan D dan E,
maka perlu dilakukan perbaikan kineja ruas jalan. Sesuai dengan persyaratan
jalan arteri sekunder yaitu lebar badan jalan minimal 11m, maka perlu dilakukan
pelebaran jalan pada ruas jalan L.A sucipto dan ruas jalan raya bugis hingga
mencapai persyaratan tersebut
Pada persimpangan tidak bersinyal dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu melakukan perbaikan geometri berupa pelebaran badan jalan
pada ruas jalan mayor sesuai dengan persyaratan jalan
arteri sekunder serta melakukan pemberian lampu lalu lintas pada
persimpangan tersebut. Serta pada simpang bersinyal L.A Sucipto dilakukan
perbaikan berupa perbaikan geometri kaki simpang berupa pelebaran kaki simpang
dan melakukan pengaturan ulang siklus lampu lalu lintas.
Prediksi Kinerja Lalu Lintas
Kondisi Lima Tahun Mendatang
Meningkatnya jumlah kendaraan tersebut dipengaruhi
oleh berbagai faktor,
diantaranya jumlah penduduk, kepemilikan kendaraan bermotor serta Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) kota tersebut.
Melihat proyeksi pertumbuhan penduduk Kota Malang
dan Kabupaten Malang dari tahun 2016 sampai dengan 2019 mengalami pertumbuhan
rata-rata sebesar 0,41%. Selain itu, mulai dari tahun 2013 sampai dengan 2016
angka
kepemilikan kendaraan bermotor mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar
3,67%. Sedangkan PDRB sendiri mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 4,02%.
Ketiga faktor tersebut berperan dalam mempengaruhi
pergerakan lalu lintas di Kota Malang dan Kabupaten Malang. Sehingga dari ketiga faktor tersebut
diambil rata-rata sebesar 2,7%. Angka inilah yang nantinya akan
digunakan sebagai acuan dalam memprediksikan volume
lalu lintas disaat setelah Jalan Tol Pandaan-Malang berporasi sampai dengan 5
tahun setelah Jalan Tol Pandaan-Malang beroperasi sehingga diperoleh tingkat
pelayanan masing-masing jaringan jalan.
Untuk mendapatkan volume tersebut digunakan rumus :
Pn = Po x (1 + i %)n
Dimana : i = angka pertumbuhan
(2,7%) n = jumlah tahun
Tabel 6. Kinerja jaringan Jalan setelah 5 tahun
Beroperasi
|
|
|
|
|
|
|
Derajat Kejenuhan
|
|
Level of Service
|
|
|
Nama
|
|
|
|
|
|
(LoS)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Jaringan
|
Pendekat
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Setelah
|
|
|
Setelah
|
|
|
|
Setelah
|
|
|
|
Setelah
|
|
|
Jalan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
|
|
|
|
|
|
5
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Perbaikan
|
|
|
|
|
|
Perbaikan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
tahun
|
|
|
|
|
|
|
tahun
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Ruas
Jalan
|
|
|
|
0.8610
|
|
0.7229
|
|
|
|
C
|
|
|
C
|
|
|
L.A
Sucipto
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Ruas
Jalan
|
|
|
|
|
|
|
0.9673
|
|
|
|
1.036
|
|
|
|
|
D
|
|
|
|
E
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Raya Bugis
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Jalan
L.A
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sucipto (arah
|
0.69
|
|
0.73
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Blimbing)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Jalan
Panji
|
|
|
|
0.96
|
|
|
|
1.01
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Perempatan
|
|
Suroso
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Jalan
L.A
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
F
|
|
|
F
|
|
|
L.A Sucipto
|
|
Sucipto
(arah
|
0.96
|
|
0.99
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Abd.
Saleh)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Jalan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sunandar
|
|
|
|
0.81
|
|
|
|
0.85
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Priyo
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sudarmono
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pertigaan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Jalan
|
|
|
|
0.626
|
|
0.669
|
|
|
|
C
|
|
|
C
|
|
|
Simpang
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
L.A
Sucipto
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Petigaan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Jalan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Industri
|
|
|
|
|
|
0.551
|
|
|
0.528
|
|
|
|
B
|
|
|
|
C
|
|
|
Wendit
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Barat
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Jl.
Raya Bugis
|
0.85
|
|
0.997
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Jl.Saptorenggo
|
0.85
|
|
0.89
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Perempatan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
D
|
|
|
F
|
|
|
Saptorenggo
|
|
Jl.
Raya
|
0.85
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
0.89
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Asrikaton
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Jl.
Raya
|
0.65
|
|
0.77
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Bamban
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sumber:
Hasil Analisis
Perbaikan
kinerja lalu lintas kondisi lima tahun mendatang
Pada simpang bersinyal L.A
Sucipto dapat dilakukan perbaikan berupa perbaikan geometri simpang, pengaturan
waktu siklus dan pengaturan fase pergerakan pada simpang tersebut.
Perbaikan yang di sarankan penulis berupa pengaturan ulang waktu siklus ,
perbaikan geometri dan pengaturan fase pergerakan simpang.
Pada ruas jalan raya bugis mengalami penurunan
kinerja jalan setelah 5 tahun beroperasinya jalan tol pandaan-malang dari D
menjadi E, untuk
itu diperlukan perbaikan berupa penambahan kapasitas jalan untuk
meningkatkan kembali kinerja jalan.
Penambahan kapasitas jalan membutuhkan pelebaran badan jalan sebesar 2
meter menjadi 13 meter.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.Kinerja lalu lintas eksisting
pada ruas jalan L.A Sucipto memiliki nilai derajat
kenjenuhan (DS) sebesar 0.7654 dengan tingkat
pelayaan C dan ruas Jalan Raya Bugis sebesar 1.083 dengan tingkat pelayanan E.
Pada simpang tidak bersinyal pertigaan Jalan Simpang L.A Sucipto memiliki nilai
DS sebesar 1,345 (tundaan= 17,02 det/smp) dengan tingkat pelayanan C, simpang
industry Wendit barat memiliki nilai DS sebesar 1,160 (tundaan = 14,27 det/smp)
dengan tingkat pelayanan C , serta simpang tidak bersinyal Saptorenggo memilki
nilai DS sebesar 2.235 (tundaan=-3.24 det/smp) degan tingkat pelayanan adalah
F. Pada simpang bersinyal L.A Sucipto memiliki tundaan rata-rata sebesar 1440,2
det/smp dengan derajat kejenuhan masing-masing kaki
simpang >1 sehingga tingkat pelayanan pada simpang L.A Sucipto adalah F.
2.Akibat pembangunan jalan tol pandaan-malang, jaringan
jalan yang ditinjau mengalami perubahan
kinerja. Ruas
Jalan L.A Sucipto mengalami perubahan kinerja
dengan nilai DS menjadi sebesar 0.9474 dengan tingkat pelayanan menjadi D dan
Ruas Jalan
Raya Bugis memiliki nilai DS
sebesar 1.0997 dengan tingkat pelayanan menjadi E. Simpang tidak bersinyal yang
di tinjau oleh penulis juga mengalami perubahan kinerja. Nilai
derajat kejenuhan pertigaan jalan Simpang L.A
Sucipto meningkat menjadi 0.966 dengan tundaan sebesar 17.64 det/smp , Simpang
Industri Wendit Barat mmiliki nilai DS sebesar 0.86 dengan tundaan sebesar
14.63 det/smp, serta Simpang Saptorenggo memiliki nilai DS sebesar 2.258 dengan
tundaan sebesar -3.20 det/smp sehingga tingkat pelayanan uang dimiliki oleh
masing-masing simpang tidak bersinyal adalah C,C dan F.
3.Jaringan Jalan yang ditinjau oleh penulis
memerlukan beberapa langkah meminimalkan dampak yang terjadi akibat
beroperasinya jalan tol pandaan-malang. Beberapa langkah tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Manajemen
lalu lintas
Simpang tidak bersinyal Saptorenggo yag memiliki
tingkat pelayanan F dangan tundaan sebesar -3.20 det/smp, penulis memberikan
alternative perbaikan kinerja berupa mengubah simpang tidak bersinyal menjadi
simpang bersinyal dengan 3 fase pergerakan dengan waktu siklus sebesar 88 detik
b.
Perubahan geometri (pelebaran
badan jalan)
Ruas jalan L.A Sucipto dan Jalan Raya Bugis yang
semula memiliki lebar badan jalan 7mdan 9m dilakukan pelebaan menjadi 11m
sesuai dengan persyaratan minimal
lebar jalan arteri sekunder. Melakukan pelebaran
pada kaki masing-masing kaki simpang . Pada Simpang L.A Sucipto dilakukan
pelebaran kaki simpang ( Jl. Panji Suroso = 7m, Jalan L.A Sucipto = 4m, Jalan
Sunandar Priyo S. = 4m) . Simpang tidak bersinyal pertigaan L.A Sucipto dan
Pertigaan Industri Wendit Barat dilakukan pelebaran
badan Jalan pada jalan Mayor hingga mencapai 11 m,
dan pada
simpang Saptoreggo pelebaran
dilakukan pada setiap kaki simpangnya ( Jl.Raya
Bugis =8.4 m, jl. Saptorenggo = 7.4m, Jl.Asrikaton
= 8.2m ,
dan Jl. Raya Bamban = 7m)
c. Pengaturan
waktu siklus
Simpang besinyal
L.A Sucipto
dilakukan perbaikan berupa pengaturan ulang waktu
siklus menjadi 249 detik.
Saran
Dari hasil analisis dan
kesimpulan yang telah dilakukan pada studi ini , maka saran yang dapat diberkan
oleh penulis adalah bagi instansi yang terkait dapat memanfaatkan kajian ini
untuk mengantisipasi dampak lalu lintas yang akan timbul akibat pembangunan
jalan Tol Pandaan-Malang pada lokasi studi yang ditinjau . Hasil perhitungan
yang sudah di rekomendasikan dapat dijadikan pertimbangan dalam perencanaan
sarana dan prasarana lalu lintas pada masa yang akan datang khususnya dalam
waktu lima tahun mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
Gubernur Jawa Timur. 2011. Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur tanggal 7 Juni 2011, Nomor:
188/282/KPTS/013/2011.
Surabaya:Gubernur
Jawa Timur
[2] Khristy,
C. Jhotin, and Lall, B. Kent
2003. Dasar-Dasar Rekayasa Transportasi. Bandung : Erlangga.
[3] Morlok,
Edward K. 1991. Pengantar
Teknik dan Perencanaan Transportasi. Jakarta : Erlangga
[4]
Tamin, Ofyar Z. 2000. Perencanaan dan Permodelan Transportasi edisi kedua. Bandung : Penerbit ITB.
[5]
Warpani, S. (1990) Merencanakan Sistem Perangkutan, Penerbit ITB, Bandung.