Mengungkapkan
Buruknya Drainase Di Kota Jakarta
Kota merupakan tempat bagi banyak orang untuk
melakukan berbagai aktivitas, maka untuk menjamin kesehatan dan kenyamanan
penduduknya harus ada sanitasi yang memadai, misalnya drainase. Dengan adanya drainase
tersebut genangan air hujan dapat disalurkan sehingga banjir dapat dihindari
dan tidak akan menimbulkan dampak gangguan kesehatan pada masyarakat serta
aktivitas masyarakat tidak akan terganggu.
Drainase
merupakan suatu sistem untuk menyalurkan air hujan. Sistem ini mempunyai
peranan yang sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang sehat, apalagi di
daerah yang berpenduduk padat seperti di perkotaan. Drainase juga merupakan
salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna memenuhi
kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan kota
(perencanaan infrastruktur khususnya).
Dari sudut pandang
yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari prasarana umum yang dibutuhkan
masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih,
dan sehat. Prasarana drainase disini berfungsi untuk mengalirkan air permukaan
ke badan air (sumber air permukaan dan bawah permkaantanah) dan atau bangunan
resapan. Selain itu juga berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air permukaan
dengan tindakan untuk memperbaiki daerah becek, genangan air dan banjir.
Petugas melakukan pengerukan sampah di aliran Sungai Ciliwung
di bawah Jembatan Kalibata, Jakarta Selatan, Selasa (21/1/2014). Selain faktor
curah hujan dan buruknya drainase, kebiasaan masyarakat membuang sampah di sungai
turut menjadi salah satu penyebab banjir. KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO(KRISTIANTO
PURNOMO)
JAKARTA, KOMPAS.com - Upaya betonisasi tanah Jakarta yang
dilakukan selama puluhan tahun, kini meninggalkan pekerjaan berat bagi Dinas
Tata Air DKI. Sepanjang akhir pekan kemarin, Sabtu (26/11/2016), jalan dan
trotoar di Jalan Sudirman depan Sampoerna Strategic Square, serta Jalan
Trunojoyo seberang Lapangan Bhayangkara, dibongkar. Kepala Dinas Tata Air DKI
Jakarta Teguh Hendarwan mengatakan, selama setahun terakhir, pihaknya sibuk
mengembalikan fungsi drainase di sejumlah ruas jalan dan sudut-sudut Ibu Kota
yang sering tergenang. Teguh mengatakan, buruknya drainase atau saluran air
Jakarta sebagai penyebab genangan saat hujan tiba. "Yang paling utama
kenapa kami bongkar, karena anda bisa lihat betonisasi, tidak ada drainase,
tidak ada celah untuk tali air. Ini kan akhirnya menimbulkan genangan, kalau
tidak dibikin, airnya mau jalan ke mana? Ini pembiaran yang udah cukup
lama," kata Teguh, Sabtu. cantelan: Selain dikeluhkan warga, Teguh mengaku
beberapa waktu lalu dikeluhkan oleh Paspampers soal genangan di sekitar
Sampoerna Strategic Square. Air bening meluap dari jalan. Ketika jalan dan
trotoar di depannya dibobok, terlihat adanya saluran air selebar 80 sentimeter
di bawah jalan. Di dalam saluran air itu, terdapat utilitas, beton-beton sisa
pembangunan, sampah, sedimen lumpur, hingga besi cor. Di bawah permukaan jalan,
air meluap, entah dari mana asalnya.
Hanya ada satu tali air yang terlihat, padahal tali air
berfungsi vital untuk mengalirkan air hujan ke saluran air agar bisa bermuara
ke Kali Krukut dan tidak meluap di jalan. Tali air yang harusnya ada setiap
lima meter telah dicor dengan semen sebagai bagian dari perbaikan jalan proyek
MRT. Di trotoar depan Sampoerna Strategic Square juga tidak ada inrit atau
manhole untuk memeriksa saluran air. Sebuah control box yang ada di jalur
lambat Jalan Sudirman, juga dibor. Namun, alangkah herannya para pekerja ketika
menemui saluran air di bawah itu mentok di ketiga sisinya. Selama dua pekan ke
depan, puluhan pasukan biru dibantu oleh PPSU akan membongkar saluran air bawah
tanah di kawasan ini. Salurannya akan dibersihkan dari material dan sampah,
tali airnya juga akan ditambah sehingga air hujan bisa menemui alirannya. Masih
ingat banjir di Jalan Kemang Raya yang melumpuhkan aktivitas komersil dan
merusak puluhan kendaraan pada September lalu. Dinas Tata Air telah
merampungkan kerjanya membobok 30 tali air yang selama ini 'menghilang' dari
ruas Kemang Raya. Ketika trotoar dan jalan di sana dibongkar, terlihat saluran
air di bawahnya juga penuh dengan sampah dan material sisa bangunan.
Tali air yang bertugas mengalirkan air ke dalam itu, juga
dicor dengan semen, entah oleh siapa dan untuk apa. "Hampir seluruhnya di
Jakarta sama, drainasenya tertutup bangunan," ujar Teguh. Teguh menunding
pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah dan pengembang selama ini tidak
memedulikan sistem drainase yang ada di bawahnya.
Ia menyebut hampir semua proyek yang dikerjakan sekarang seperti
Tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu), mass rapid transit (MRT), light
rail transit (LRT), dan Jalan Layan non-tol Ciledug-Tendean, dan proyek-proyek
terdahulu, pasti selalu menimbulkan masalah drainase. Pengembang dengan
perencanaan mutakhir juga tak ada bedanya. Perencanaan kota yang buruk adalah
penyebab Jakarta sangat rawan banjir. "Kami kerja keras, tugas kami nih
sekarang, Jakarta kan baskom, bagaimana caranya nganterin air dari selatan
sampau Mega Pluit, sampai Ancol, pakai apa? Ya sistem drainase harus bagus,
pompa harus bagus." "Kalau saya prediksi limpasan wajarlah. Makanya
saya bilang ke warga yang ngeluh banjir, dia nutup drainase, lu jangan maling
teriak maling, kembalikan fungsi drainase," ujarnya. Beberapa kawasan yang
dibongkar dan dibersihkan drainasenya antara lain Jalan Kyai Tapa di dekat
Universitas Trisakti, Jalan Gatot Subroto depan Balai Kartini, kawasan kedutaan
besar dan kompleks menteri di Kuningan, Jalan Kemang Raya, Jalan Sudirman,
kawasan Mabes Polri di Jalan Trunojoyo, dan Jalan DI Panjaitan, Cawang.
Kemacetan terjadi saat proses evakuasi kendaraan di sekitar
gedung yang terendam banjir di kawasan Kemang Selatan, Jakarta Selatan, Minggu
(28/8/2016). Kepala Dinas Tata Air DKI Jakarta Teguh Hendarwan mengatakan,
banjir di kawasan Kemang terjadi akibat jebolnya tembok rumah warga yang
berbatasan dengan Kali Krukut.(KOMPAS.com / ANDREAS LUKAS ALTOBELI)
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar