Kamis, 18 Oktober 2018

Jurnal Teknik Sipil



DAMPAK PERUBAHAN STATUS JALAN L.A SUCIPTO-JALAN RAYA BUGIS DARI JALAN KOTA MENJADI JALAN NASIONAL


Sabrie Prasetio

Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Gunadarma


Perkembangan infrastruktur di Indonesia saat ini berkembang sangat pesat. Dapat kita lihat dengan banyaknya proyek pembangunan infrastruktur di segala bidang termasuk bidang transportasi dibangun oleh pemerintah, swasta dan lain-lain Pemerintah Indonesia hingga saat ini terus melaksanakan Pembangunan Nasional dengan salah satu fokus adalah pada penyediaan jaringan transportasi, yaitu pembangunan Jalan Tol. Jalan Tol Pandaan-Malang merupakan kelanjutan dari Jalan Tol Gempol–Pandaan yang direncanakan memiliki panjang 37,6 km dan melintasi tiga wilayah, yakni Pasuruan, Kota Malang dan Kabupaten Malang

Pembangunan Jalan Tol Pandaan-Malang mengakibatkan perubahan jalur yang dilalui truk. Perubahan jalur ini yang akan mengaibatkan perubahan beban lalu lintas terhadap ruas jalan L.A Sucipto- Jalan Raya Wendit Barat- Jalan Raya Bugis dan memberikan dampak pada tingkat pelayanan lalu lintas. Bertambahnya volume lalu lintas dapat menyebabkan kemacetan, tundaan dan lain sebagainya, sehingga mengganggu aktivitas warga sekitar dan khususnya pengguna jalan. Untuk itu, diperlukan Analisis Dampak perubahan status jalan dalam rangka meninjau pengaruh pergerakan lalu lintas baru terhadap sistem jaringan jalan yang sudah ada dan setelah adanya pergerakan baru akibat pembangunan Jalan Tol Pandaan-Malang.

Kinerja jaringan jalan yang ditinjau setelah beroperasinya jalan tol Pandaan-Malang memiliki nilai derajat kejenuhan diatas 0.75 dan memiliki tingkat pelayanan ≥ C. untuk Ruas Jalan L.A Sucipto memiliki nilai DS= 0.9474, LoS= D dan Ruas Jalan Raya Bugis memiliki nilai DS sebesar 1.0997, LoS=E. Simpang tidak bersinyal yang ditinjau mengalami perubahan kinerja. Nilai derajat kejenuhan pertigaan jalan Simpang L.A Sucipto meningkat menjadi 0.966 dengan tundaan sebesar 17.64 det/smp , Simpang Industri Wendit Barat mmiliki nilai DS=0.86 dengan tundaan sebesar 14.63 det/smp, serta Simpang Saptorenggo memiliki nilai DS =2.258 dengan tundaan sebesar -3.20 det/smp sehingga tingkat pelayanan uang dimiliki oleh masing-masing simpang tidak bersinyal adalah C,C dan F

Tindakan perbaikan yang dapat dilakukan antara lain mengubah simpang tidak bersinyal menjadi besinyal dengan tiga fase pergerakan , melakukan perbaikan geometri pada badan jalan dan masing masing kaki simpang yang ditinjau, serta melakukan pengaturan ulang waktu siklus pada simpang bersinyal. Perhitungan kinerja jaringan jalan yang ditinjau serta perbaikan berdasarkan Pendoman Kapasitas Jalan Indonesia (PKJI).



Kata kunci: Lalu lintas, Tol Pandaan-Malang, Derajat kejenuhan, Tingkat Pelayanan

PENDAHULUAN
Pemerintah   Indonesia   hingga   saat   ini

terus melaksanakan Pembangunan Nasional dengan salah satu fokus adalah pada penyediaan jaringan transportasi, yaitu pembangunan Jalan Tol. Jalan Tol Pandaan-Malang merupakan kelanjutan dari Jalan Tol Gempol–Pandaan yang direncanakan memiliki panjang 37,6 km dan melintasi tiga wilayah, yakni Pasuruan, Kota Malang dan Kabupaten Malang [1]. Salah satu akses Jalan Tol Pandaan-Malang yang di rencanakan akan berada di Jalan Ki Ageng Gribig dan terhubung dengan Jalan Raya Bugis, Jalan Raya Wendit Barat, dan Jalan Laksana Adi Sucipto yang status masing-masing jalan tersebut adalah jalan kota dan jalan kabupaten

Pembangunan Jalan Tol Pandaan-Malang mengakibatkan perubahan jalur yang dilalui truk. Perubahan jalur ini yang akan mengaibatkan perubahan beban lalu lintas terhadap ruas jalan L.A Sucipto- Jalan Raya Wendit Barat- Jalan Raya Bugis dan memberikan dampak pada tingkat pelayanan lalu lintas. Untuk itu, diperlukan Analisis Dampak perubahan status jalan dalam rangka meninjau pengaruh pergerakan lalu lintas baru terhadap sistem jaringan jalan yang sudah ada dan setelah adanya pergerakan baru akibat pembangunan Jalan Tol Pandaan-Malang

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi dan Tata Guna Lahan

Transportasi sebagai suatu tindakan, proses, atau suatu hal mentransportasikan atau memindahkan dari suatu tempat ke tempat yang lain [3]. Perangkutan / transportasi adalah usaha memindahkan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat yang lain [5] .Pergerakan orang dan barang yang disebut arus lalu lintas (traffic flow) merupakan konsekuensi

gabungan dari aktivitas lahan (permintaan) dan kemampuan sistem transportasi mengatasi masalah lalu lintas/penawaran [2] .Penduduk serta kegiatannya merupakan pembangkit pergerakan (Trip Generation) yang paling signifikan. Kebutuhan manusia untuk dapat melakukan kegiatan di tempat tujuan berupa satu tata guna lahan tertentu menimbulkan arus pergerakan baik oleh manusia itu sendiri, barang maupun kendaraan yang memerlukan suatu jaringan transportasi. Permasalahan transportasi bisa muncul karena adanya perubahan land use akibat adanya pusat kegiatan baru.

Bangkitan dan Tarikan

Bangkitan adalah salah satu tahap pemodelan dalam melakukan analisis dampak lalu lintas yang memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal dari daerah atau zona tata guna lahan dan jumlah pergerakan yang menuju/tertarik dari/ ke zona tata guna lahan. Bangkitan dan tarikan lalu lintas tersebut tergantung pada jenis tata guna lahan dan jumlah aktivitas pada tata guna lahan tersebut.[4]

Pemodelan Bangkitan dan Tarikan Pergerakan

Penelitian tentang model perenanaan transportasi selalu dilandaskan oleh empat tahapan yang berkesinambungan yang di sebut dengan four step modelling yaitu tahapan sebagai berikut [4]

a.       Model Bangkitan Perjalanan (Trip Generation)

b.      Model Distribusi Perjalanan ( Trip Distribution)

c.       Model Pemilihan Moda (Moda Split)

d.      Model Pemilihan Rute (Trip Asigment)


Karakteristik Arus Lalu Lintas

Arus lalu lintas merupakan jumlah kendaraan bermotor yang meleati suatu jalan dalam satuan waktu. Arus lalu lintas

dapat        dinyatakan         dalam         satuan

kendaraan/jam atau dalam satuan smp/jam dan dapat di sebut sebagai \lhr (lalu lintas harian rata-rata).

Qsmp = QKend x Fsmp
(1)

Dimana:

Qsmp = Arus total pada persimpangan (smp/jam)

QKend   =    Arus   pada     masing-masing
simpang (smp/jam)
Fsmp = Faktor smp

Variasi Volume Arus Lalu Lintas

a.       Pertumbuhan normal
b.      Diverted trafific.
c.       Converted traffic
d.      Generated traffic atau induced
                     

Kinerja Ruas Jalan

Perhitungan Kapasitas Ruas Jalan

C= C0 x FCw x FCSP x FCSF x FCCS        (2)

Dimana:
C      = Nilai Kapasitas
C0    = Kapasitas Dasar
FCw =Faktor penyesuaian lebar jalur lalu-lintas

FCSP =Faktor penyesuaian pemisahan arah

FCSF =Faktor penyesuaian hambatan samping

FCCS =Faktor penyesuaian ukuran kota Masing masing faktor di atas akan mempengaruhi kapasitas suatu jalan.


Tingkat Pelayanan Jalan (Level Of Service (LOS))

Tingkat pelayanan jalan adalah ukuran kualitatif yang menjelaskan kondisi-kondisi operasional di dalam suatu aliran lalu lintas dan pesepsi dari pengemudi dan / atau penumpang

terhadap kondisi-kondisi tersebut (Khisty, 2003).

Dimana:
VCR : Volume Capacity Ratio
V             : Volume lalu lintas
    C             : Kapasitas lalu lintas


Tabel 1. Standar Tingkat Pelayanan Jalan


C = S.g / c


S = SO x FCS x FSF x FG x FP x FLT x FRT (5)

Dimana :

C:   Kapasitas (smp/jam) S : Arus jenuh
g : Waktu hijau efektif
c : Waktu siklus

S : Arus jenuh (smp/waktu hijau efektif)

SO : Arus jenuh dasar (smp/waktu hijau efektif)

FCS : Faktor koreksi arus jenuh akibat ukuran kota (jumlah penduduk)

FSF : Faktor koreksi arus jenuh akibat adanya gangguan samping yang meliputi faktor tipe lingkungan jalan dan kendaraan tidak bermotor

FG : Faktor koreksi arus jenuh akibat kelandaian jalan

FP : Faktor koreksi dengan arus jenuh akibat adanya kegiatan perparkiran dekat lengan persimpangan

FLT : Faktor koreksi kapasitas akibat adanya pergerakan belok kiri

FRT : Faktor koreksi kapasitas akibat adanya pergerakan belok kanan



Derajat Kejenuhan (DS)

Sesuai PKJI 2014 derajat kejenuhan untuk simpang bersinyal dihitung untuk tiap pendekat. Dengan persamaan berikut:

DS = Q/C = (Q x c)/(S x g)


Tundaan

Tundaan adalah waktu tempuh tambahan yang diperlukan untuk melalui simpang apabila dibandingkan lintasan tanpa melalui simpang. PKJI 2014

memberikan persamaan untuk menghitung tundaan pada simpang sebagai berikut:

Dj = DTj + DGj





(
)










)


DGj = (1 PSV) x PT x 6 + (PSV x 4)


Dimana:

Dj = tundaan rata-rata untuk pendekat j (det/smp)

DTj = tundaan lalu lintas rata-rata untuk pendekat j (det/smp)

DGj = tundaan geometric rata-rata untuk
pendekat j (det/smp)
GR = rasio hijau (g/c)
DS = derajat kejenuhan
C = kapasitas (smp/jam)

NQ = jumlah smp yang tertinggal dari fase hijau sebelumnya.

PSV= rasio kendaraan terhenti pada suatu pendekat

PT = rasio kendaraan membelok pada suatu pendekat

Sehingga tundaan total dapat dihitung dengan persamaan:

D = DTOT/QTOT
(10)

Dimana :
DTOT = Σ tundaan semua pendekat
QTOT = Σ arus lalu lintas semua pendekat

Tingkat Pelayanan Persimpangan Bersinyal

Tingkat  pelayanan  persimpangan

bersinyal dapat dilihat dari tundaan.Lamanya waktu tundaan untuk melewati simpang bila dibandingkan kondisi simpang tanpa lalu lintas menunjukkan efektifitas kinerja simpang

Tabel 2. Tingkat Pelayanan Persimpangan Bersinyal


ITP

Tundaan per kendaraan




(detik)







A


≤ 5,0


B

5,1 – 15,0

C


15,1- 25,0


D

25,1 – 40,0

E


40,1 – 60,0


F
>60,0


Kinerja Simpang Tidak Bersinyal

Kapasitas Persimpangan Tidak Bersinyal

Perhitungan kapasitas persimpangan tidak berlampu lalu lintas ditentukan dengan persamaan berikut: (PKJI, 2014: 3-39).

C = COx FW x FM x FCS x FRSU x FLT x FRT

x FMI
(11)

Dimana :
C     :Kapasitas (smp/jam)
C: Kapasitas dasar (smp/jam)

FW: Faktor koreksi kapasitas untuk lebar jalan persimpangan
FM:  Faktor  koreksi  kapasitas  jika  ada

pembatas median pada lengan persimpangan

FCS: Faktor koreksi kapasitas akibat ukuran kota (jumlah penduduk)

FRSU: Faktor koreksi kapasitas akibat adanya tipe lingkungan, gangguan sampingan dan kendaraan tidak bermotor

FLT: Faktor koreksi kapasitas akibat adanya pergerakan belok kiri
FRT: Faktor koreksi kapasitas akibat adanya pergerakan belok kanan
FMI: Faktor koreksi kapasitas akibat adanya arus lalu lintas pada jalan minor

Tingkat Pelayanan Persimpangan Tidak Bersinyal
Tingkat  pelayanan  untuk  persimpangan

tidak bersinyal dinilai dengan menggunakan parameter kapasitas sisa. Kapasitas sisa adalah selisih dari kapasitas simpang dengan total arus lalu lintas yang masuk simpang (smp/jam).

Tabel 3. Tingkat Pelayanan Pada Persimpangan Tidak Bersinyal

Kapasitas

Tingkat

Tundaan untuk
Sisa

Pelayanan

lalu lintas jalan







minor









>400


A


Sedikit dan tidak








ada tundaan

300-399


B

Tundaan lalu







lintas singkat







200-299


C


Tundaan lalu








lintas rata-rata

100-199


D

Tundaan lalu







lintas lama







0-99


E


Tundaan lalu








lintas sangat lama

*


F
*


*) ketika volume melebihi kapasitas dari lajur, akan terjadi tundaan yang parah disertai dengan antrian

METODE PENELITIAN

Adapun survai penelitian ini dilakukan pada hari

-    Hari Sabtu pukul 14.30 -17.30 WIB

-    Hari Senin pukul 06.00 -09.00 WIB

Dan  kendaraan   yang  di   survai   berupa

kendaraan ringan seperti mobil penumpang dan mikolet, sepeda motor, kendaraan berat berupa truk, bus, dan container serta kendaraan tidak bermotor yang melintas pada jaringan jalan yang ditinjau.

Gambar 1. Diagram Alir penelitian


HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk menunjukkan banyaknya orang yang tinggal di suatu wilayah kota dan atau kabupaten tersebut.

Berikut merupakan proyeksi pertumbuhan penduduk Kota Malang.

Gambar 2. Proyeksi pertumbuhan penduduk Kota Malang tahun 2016 – 2019.

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Malang

Jenis dan Jumlah Kendaraan

Meningkat pesatnya angka pertumbuhan penduduk dipengaruhi pula oleh meningkatnya jumlah kendaraan. Berikut merupakan data kendaraan Kota Malang dan Kabupdaten Malang.


Gambar
3.
Data
Kendaraan
Kota

Malang

Sumber : Kantor bersama SAMSAT Malang Kota

PDRB (Pendapatan Domestik Regional Bruto) Kota Malang

PDRB juga merupakan salah satu parameter untuk mengukur tingkat perekonomian suatu daerah.

Gambar 4. Produk Domestik Regional Bruto Kota Malang

Sumber : Hasil Analisis

Hasil dari perhitungan kinerja jaringan jalan yang di tinjau pada hari yang di tentukan didapatkan kondisi puncak pada pagi hari pukul 06.30-07.30.

Tabel 4. Kinerja Jaringan Jalan Eksisting

Sumber : Hasil Analisis

Dari hasil analisis volume jam puncak masing-masing simpang dalam dua hari, pada masing-masing jam puncak memiliki nilai derajat kejenuhan (DS) yang berbeda dan semuanya memerlukan perbaikan agar mendapatkan nilai derajat kejenuhan ≤0.75 dan LOS C. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kemacetan dan tundaan yang terjadi pada simpang tersebut.

Analisis kinerja lalu lintas kondisi setelah beroperasinya Jalan tol Pandaan-Malang yang mana kinerja lalu lintas

setiap jaringan jalan setelah beroperasinya jalan tol pandaan-malang didapat dari hasil penjumlahan kondisi eksisting ditambah dengan model bangkitan dan tarikan.

Tabel 5. Kinerja Jaringan Jalan Eksisting dan setelah Beroperasinya Tol













Level of Service







Derajat




(LoS)



















Nama





Kejenuhan









Pendek












Jaringan
















at












Jalan



















Eksist


Setelah


Eksist


Setelah










berope




berope








ing




ing




























rasi


rasi
















































Ruas

















Jalan







0.8610


C


D







0.715








L.A





5
























Sucipto

































Ruas
















Jalan




0.838

0.9673


E

E
Raya




5


















Bugis





































Jalan














Perempa


L.A
















Sucipto


1.55


1.04








tan L.A





























(arah












Sucipto

































Blimbin


































g)

















Jalan
















Panji
1.47

1.23











Suroso

































Jalan








F


F





L.A
































Sucipto


1.12


2.56

























(arah
















































Abd.

















Saleh)

















Jalan
















Sunand
















ar Priyo
0.82

1.47











Sudarm
















ono






























Pertigaa

















n Jalan























0.948





C


C


Simpang






0.966




L.A


































Sucipto
















Petigaan
















Jalan




0.844





C

C
Industri





0.86



Wendit
















Barat


































Perempa

















tan





2.235


2.258


F


F















Saptore
















































Sumber : Hasil Analisis

Rekomendasi Perbaikan

Pada masing- masing ruas yang di tinjau memiliki nilai derajat kejenuhan lebih dari 0.75 dan tingkat pelayanan jalan D dan E, maka perlu dilakukan perbaikan kineja ruas jalan. Sesuai dengan persyaratan jalan arteri sekunder yaitu lebar badan jalan minimal 11m, maka perlu dilakukan pelebaran jalan pada ruas jalan L.A sucipto dan ruas jalan raya bugis hingga mencapai persyaratan tersebut

Pada persimpangan tidak bersinyal dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu melakukan perbaikan geometri berupa pelebaran badan jalan pada ruas jalan mayor sesuai dengan persyaratan jalan

arteri sekunder serta melakukan pemberian lampu lalu lintas pada persimpangan tersebut. Serta pada simpang bersinyal L.A Sucipto dilakukan perbaikan berupa perbaikan geometri kaki simpang berupa pelebaran kaki simpang dan melakukan pengaturan ulang siklus lampu lalu lintas.

Prediksi Kinerja Lalu Lintas Kondisi Lima Tahun Mendatang

Meningkatnya jumlah kendaraan tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor,

diantaranya jumlah penduduk, kepemilikan kendaraan bermotor serta Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) kota tersebut.

Melihat proyeksi pertumbuhan penduduk Kota Malang dan Kabupaten Malang dari tahun 2016 sampai dengan 2019 mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 0,41%. Selain itu, mulai dari tahun 2013 sampai dengan 2016 angka

kepemilikan kendaraan bermotor mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 3,67%. Sedangkan PDRB sendiri mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 4,02%.

Ketiga faktor tersebut berperan dalam mempengaruhi pergerakan lalu lintas di Kota Malang dan Kabupaten Malang. Sehingga dari ketiga faktor tersebut diambil rata-rata sebesar 2,7%. Angka inilah yang nantinya akan

digunakan sebagai acuan dalam memprediksikan volume lalu lintas disaat setelah Jalan Tol Pandaan-Malang berporasi sampai dengan 5 tahun setelah Jalan Tol Pandaan-Malang beroperasi sehingga diperoleh tingkat pelayanan masing-masing jaringan jalan.

Untuk mendapatkan volume tersebut digunakan rumus :
Pn = Po x (1 + i %)n

Dimana : i = angka pertumbuhan (2,7%) n = jumlah tahun

Tabel 6. Kinerja jaringan Jalan setelah 5 tahun Beroperasi








Derajat Kejenuhan

Level of Service


Nama





(LoS)























Jaringan
Pendekat




















Setelah


Setelah



Setelah



Setelah


Jalan




















5






5








Perbaikan





Perbaikan













tahun






tahun






















Ruas Jalan



0.8610

0.7229



C


C


L.A Sucipto

























































Ruas Jalan






0.9673



1.036




D



E




















Raya Bugis











































Jalan L.A






















Sucipto  (arah
0.69

0.73















Blimbing)













































Jalan Panji



0.96



1.01

































Perempatan

Suroso






































Jalan L.A











F


F


L.A Sucipto

Sucipto (arah
0.96

0.99

























Abd. Saleh)













































Jalan























Sunandar



0.81



0.85




































Priyo










































Sudarmono




















Pertigaan












































Jalan



0.626

0.669



C


C


Simpang

































L.A Sucipto













































Petigaan























Jalan























Industri





0.551


0.528



B



C


Wendit























Barat


























Jl. Raya Bugis
0.85

0.997
































Jl.Saptorenggo
0.85

0.89












Perempatan































D


F


Saptorenggo

Jl. Raya
0.85














0.89































Asrikaton









































Jl. Raya
0.65

0.77















Bamban



































Sumber: Hasil Analisis

Perbaikan kinerja lalu lintas kondisi lima tahun mendatang

Pada simpang bersinyal L.A Sucipto dapat dilakukan perbaikan berupa perbaikan geometri simpang, pengaturan

waktu siklus dan pengaturan fase pergerakan pada simpang tersebut. Perbaikan yang di sarankan penulis berupa pengaturan ulang waktu siklus , perbaikan geometri dan pengaturan fase pergerakan simpang.

Pada ruas jalan raya bugis mengalami penurunan kinerja jalan setelah 5 tahun beroperasinya jalan tol pandaan-malang dari D menjadi E, untuk

itu diperlukan perbaikan berupa penambahan kapasitas jalan untuk meningkatkan kembali kinerja jalan.

Penambahan kapasitas jalan membutuhkan pelebaran badan jalan sebesar 2 meter menjadi 13 meter.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan 
   1.Kinerja lalu lintas eksisting  pada ruas jalan L.A Sucipto memiliki nilai derajat

kenjenuhan (DS) sebesar 0.7654 dengan tingkat pelayaan C dan ruas Jalan Raya Bugis sebesar 1.083 dengan tingkat pelayanan E. Pada simpang tidak bersinyal pertigaan Jalan Simpang L.A Sucipto memiliki nilai DS sebesar 1,345 (tundaan= 17,02 det/smp) dengan tingkat pelayanan C, simpang industry Wendit barat memiliki nilai DS sebesar 1,160 (tundaan = 14,27 det/smp) dengan tingkat pelayanan C , serta simpang tidak bersinyal Saptorenggo memilki nilai DS sebesar 2.235 (tundaan=-3.24 det/smp) degan tingkat pelayanan adalah F. Pada simpang bersinyal L.A Sucipto memiliki tundaan rata-rata sebesar 1440,2

det/smp dengan derajat kejenuhan masing-masing kaki simpang >1 sehingga tingkat pelayanan pada simpang L.A Sucipto adalah F.

2.Akibat pembangunan jalan tol pandaan-malang,  jaringan  jalan  yang  ditinjau mengalami  perubahan  kinerja.  Ruas

Jalan L.A Sucipto mengalami perubahan kinerja dengan nilai DS menjadi sebesar 0.9474 dengan tingkat pelayanan menjadi D dan Ruas Jalan

Raya Bugis memiliki nilai DS sebesar 1.0997 dengan tingkat pelayanan menjadi E. Simpang tidak bersinyal yang di tinjau oleh penulis juga mengalami perubahan kinerja. Nilai

derajat kejenuhan pertigaan jalan Simpang L.A Sucipto meningkat menjadi 0.966 dengan tundaan sebesar 17.64 det/smp , Simpang Industri Wendit Barat mmiliki nilai DS sebesar 0.86 dengan tundaan sebesar 14.63 det/smp, serta Simpang Saptorenggo memiliki nilai DS sebesar 2.258 dengan tundaan sebesar -3.20 det/smp sehingga tingkat pelayanan uang dimiliki oleh masing-masing simpang tidak bersinyal adalah C,C dan F.

3.Jaringan Jalan yang ditinjau oleh penulis memerlukan beberapa langkah meminimalkan dampak yang terjadi akibat beroperasinya jalan tol pandaan-malang. Beberapa langkah tersebut adalah sebagai berikut:

a.    Manajemen lalu lintas

Simpang tidak bersinyal Saptorenggo yag memiliki tingkat pelayanan F dangan tundaan sebesar -3.20 det/smp, penulis memberikan alternative perbaikan kinerja berupa mengubah simpang tidak bersinyal menjadi simpang bersinyal dengan 3 fase pergerakan dengan waktu siklus sebesar 88 detik

b.    Perubahan geometri (pelebaran badan jalan)

Ruas jalan L.A Sucipto dan Jalan Raya Bugis yang semula memiliki lebar badan jalan 7mdan 9m dilakukan pelebaan menjadi 11m sesuai dengan persyaratan minimal

lebar jalan arteri sekunder. Melakukan pelebaran pada kaki masing-masing kaki simpang . Pada Simpang L.A Sucipto dilakukan pelebaran kaki simpang ( Jl. Panji Suroso = 7m, Jalan L.A Sucipto = 4m, Jalan Sunandar Priyo S. = 4m) . Simpang tidak bersinyal pertigaan L.A Sucipto dan Pertigaan Industri Wendit Barat dilakukan pelebaran

badan Jalan pada jalan Mayor hingga mencapai 11 m, dan pada

simpang    Saptoreggo           pelebaran

dilakukan pada setiap kaki simpangnya ( Jl.Raya Bugis =8.4 m, jl. Saptorenggo = 7.4m, Jl.Asrikaton

= 8.2m , dan Jl. Raya Bamban = 7m)
c.    Pengaturan waktu siklus
Simpang   besinyal   L.A   Sucipto

dilakukan perbaikan berupa pengaturan ulang waktu siklus menjadi 249 detik.

Saran

Dari hasil analisis dan kesimpulan yang telah dilakukan pada studi ini , maka saran yang dapat diberkan oleh penulis adalah bagi instansi yang terkait dapat memanfaatkan kajian ini untuk mengantisipasi dampak lalu lintas yang akan timbul akibat pembangunan jalan Tol Pandaan-Malang pada lokasi studi yang ditinjau . Hasil perhitungan yang sudah di rekomendasikan dapat dijadikan pertimbangan dalam perencanaan sarana dan prasarana lalu lintas pada masa yang akan datang khususnya dalam waktu lima tahun mendatang.


DAFTAR PUSTAKA

[1]     Gubernur Jawa Timur. 2011. Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur tanggal 7 Juni 2011, Nomor: 188/282/KPTS/013/2011.

Surabaya:Gubernur Jawa Timur

[2]   Khristy, C. Jhotin, and Lall, B. Kent

2003. Dasar-Dasar Rekayasa Transportasi. Bandung : Erlangga.

[3]   Morlok, Edward K. 1991. Pengantar

Teknik dan Perencanaan Transportasi. Jakarta : Erlangga

[4]   Tamin, Ofyar Z. 2000. Perencanaan dan Permodelan Transportasi edisi kedua. Bandung : Penerbit ITB.

[5]   Warpani, S. (1990) Merencanakan Sistem Perangkutan, Penerbit ITB, Bandung.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar